Wartaindonews, Malang – Kampung Budaya Polowijen kembali menelusuri jejak Topeng Malang di Kecamatan Sumberpucung didapat keterangan bahwa jauh sebelum Alm. Mbah Karimun (Kedungmonggo Pakisaji) mempopulerkan Topeng Malang, ternyata di Desa Senggreng, Jatiguwi, Sambigede dan Turus Ternyang telah lebih dulu ada perkumpulan atau kelompok Wayang Topeng.
Menurut penuturuan Ki Soroso salah satu tokoh seniman Topeng Malang asal Kedungmonggo Pakisaji cucu sang Mastro Topeng Malang Mbah Karimun. “Topeng Senggreng kurang lebih semasa dengan topeng Polowijen karena pada saat itu Bupati Malang Ke 4 Kanjeng Adipati Ario Surodinirat memang mewajibkan tiap lurah/petinggi desa membuat kesenian topeng”. Hal ini di jelaskan Ki Suroso saat menerima kunjungan KBP dalam acara Sonjo Deso Halal Bi Halal ke Kantong Topeng Malang di Sanggar Asmoro Bangun Minggu (23/6)
Setelah dari Kedungmonggo rombongan KBP melanjutkan perjalanan ke Senggreng ke Sanggar Topeng Bayu Candra Pimpinan Ririn Ari Santi. Perempuan cantik usia 30 tahun ini adalah murid terakhir Mbah Seno peritis topeng Senggreng. Ririn yang berasal dari Jatiguwi kemudian menikah sengan pemuda senggreng bernama Hadi yang dikaruniai 2 anak mengaku “10 tahun yang lalu saat Almarhum Mbah Watiru tokoh topeng Senggreng generasi ke empat yang terbaring di tempat tidur dan di kursi roda mengajarkan semua gerakan topeng khas Senggreng pada saya meskipun saya sudah menguasai beberapa tari topeng lainnya”. Kenang Ririn Arisanti yang kini punya murid tari ratusan di sekolah, di Senggreng dan di Sumberpocung.
Topeng Senggreng jika ditelisik sejak tahun 1890 terdapat tokoh bernama Tuan Kusen dan Tuan Yansen warga Belanda yang bertempat tinggal di Dusun Jatimulyo (Kebon Klopo) Desa Jatiguwi kecamatan Sumberpucung. Mereka ahli menari tari topeng, pada saat itu Tuan Kusen ketika menari menjadi Tokoh Gunungjati, dan Tuan Yansen membawakan tokoh Potrojoyo. Mereka mempunyai 2 (dua) orang Kacung-kacung (pembantu) yaitu Pak Seno dan Pak Madrim yang berasal dari Desa Senggreng Kecamatan Sumberpucung.
Lama menjadi pembantu pada orang kedua orang tersebut, Pak Seno dan Pak Madrim turut belajar menari Topeng sampai ahli melebihi gurunya. Karena keahlian itulah, istri dari Tuan Kusen bernama Supiani jatuh hati kepada Pak Seno. Yang kemudian oleh Pak Seno dan Ny. Supiani kawin lari meninggalkan desa Senggreng dan Jatiguwi. Mereka bersembunyi di daerah Sundeng, Malang (sebelah timur Rampal).
Dalam pelariannya itu mereka membawa 16 karakter topeng, dan karena situasi yang tidak memungkinkan, maka Pak Seno menitipkan topeng-topeng tersebut kepada Ki Tjondro suwono atau Mbah Reni di Polowijen Malang. Kemudian oleh Pak Reni menambahkan karakter topeng menjadi 62 karakter wajah, yang nantinya dibuatkan juga koreografi tarian oleh Pak Seno dam salah satunya adalah Patih Bolodewo kembar satunya di Polowijen dan satunya di Senggreng.
Setelah keadaan kondusif, Pak Seno kembali ke Desa Senggreng, yang selanjutnya demi melestarikan seni Tari Topeng, beliau sebagai generasi pertama mengajarkan Tari Topeng tersebut. Menjelang akhir hayat Mbah Seno topeng Senggreng mengalami beberapa regenerasi. Generasi Kedua dilanjutkan oleh Pak Sakup, Pak Tro Karun dan Pak Setro Saman yang berasal dari Kedungmonggo, Pakisaji, dimana beliau adalah ayahanda dari Mbah Karimun sang Maestro Topeng Malang yang sudah terkenal.
Generasi Ketiga dipimpin oleh pak Parsan, Generasi Keempat dipimpin oleh pak Watiru Generasi Kelima oleh pak Jari termasuk Mbah Karimun (Kedungmonggo) masuk generasi ini. Setelah generasi pak Samuri murid mbah Seno topeng Senggreng mengalami titik jenuh dan hampir vakum 40 tahun kini di tangan Ririn Arisanti topeng Senggreng bangkit kembali. Ririn juga menjukkan topeng patih Mbah Reni yang masIh tersimpan DI Senggreng dan menunjukan foto Mbah Seno kenangnya.
Penjelasan itu semua disampaikan saat rombongan KBP dijamu makan siang setelah usai latihan menari topeng bersama sengan berbagai ragam gerak dan gaya. Ki Demang Penggagas KBP pimpinan rombongan kunjungan. “Topeng Mbah Reni biarlah ada di Senggreng meskipun hanya tersisa satu yaitu topeng Patih Baladewa Kembar dan yang perlu di pelajari karakter topeng, ragam gerak serta filosofi topengnya”. Ungkap Ki Demang dalam acara ramah tamah bersama anak-anak penari Topeng Bayu Candra dan KBP. (Ririn SDN)
Comment