Purwosari Pasuruan, 24 Januari 2024. Kita sungguh membutuhkan kesadaran dan Indikator dari Perubahan Budaya Peradaban, yang bisa Kita amati dan cermati secara pribadi, komunitas maupun mandiri bersama sama, oleh karena jalannya perubahan budaya peradaban adalah akumulasi dari satuan perwujudan ucapan, pikiran dan tindakan manusia di muka bumi ini, di kawasan di mana manusia hidup berkehidupan, baik di bumi, di samudera, hingga di alam manapun jiwa dan ruh spirit manusia bisa hidup meraga sukma berkehidupan adaNya.
Ada 3 fenomena dan kondisi yang bisa Kita jadikan indikator utama.
*Indikator Pertama* :
Kondisi Gunung Arjuno, Khusus Jumlah dan Keberadaan Tegakan Pohon Kayu Kerasnya.
Sehingga dalam telaah kali ini, Kita mencermati dan memperhatikan indikatornya pada Lembah Gunung Arjuno Jawa Timur, yaitu Ada Tidaknya Pohon Kayu Kerasnya., dalam jumlah yang sesuai dengan fungsi guna tegakan pohon kayu keras di tanah lembah Gunung Arjuno, sebagai Induk Budaya Peradaban Manusia di Kawasan Tanah Lembah Gunung Arjuno.
Silahkan Membuktikan dan Mengukur sendiri :
Untuk mengetahui sendiri, para pembaca bisa langsung meninjau di TKP, bagaimana kondisi dan keberadaan jumlah tegakan pohon kayu keras yang masih hidup berkehidupan pada kawasan di atas lembah lereng Bumiaji Kota Batu, Malang Raya; di atas perhutani Kota Singosari; di atas kebun teh Kota Lawang; di atas kawasan Eyang Antaboga; di atas Tampuono Retawu; di Kawasan Gunung Ringgit dan Kawasan Gunung Penanggungan, terutama di Kawasan seputaran terjadinya kebakaran Gunung Arjuno menjelang akhir tahun 2023; di kawasan Trawas dan Kabupaten Mojokerto yang ada di sisi lereng Lembah Gunung Pegunungan Arjuno.
*Indikator Kedua* :
Situasi Kondisi Sumber Sumber Mata Air dan Sendang Sendang Mata Air, yang digunakan oleh masyarakat sekitar lembah gunung arjuno, apakah dalam kondisi dirawat atau tidaknya; rindang atau tidaknya; bersih atau tidaknya; besar tidaknya jumlah debit air sumber mata airnya; hingga hidup matinya sumber mata airnya; banyak tidaknya pohon perlindungan sumber mata air, seperti pohon beringin, pohon loh, pohon tangkur, pohon gayam, pohon soka, pohon jambu batu, pohon epik, pohon bambu, pohon jambe.
*Indikator Ketiga* :
Sungai dan Kalinya, situasi kondisinya juga bisa Kita cermati dari pinggir kali sungai; bagaimana kotoran sampah, warna airnya, dari bening keruhnya, berwarna coklat tanah hingga hitam biru penuh limbah industri dan limbah sampah masyarakat sekitarnya, serta penggunaan air kali sungainya, untuk mandi cuci buang air besar kecil; irigasi sawah dan perikanan air tawar; hingga untuk wisata arung jeram, seperti di wisata arung jeram sungai jempinang dusun kucur manggihan desa sumberejo kecamatan purwosari kabupaten pasuruan jawa timur, karena kualitaanya bersih dari limbah industri perusahaan di kawasan sungai jempinang tersebut.
Pesan Hikmah yang Kita dapatkan dari ke tiga (3) indikator di atas, telah membawa Kita pada rekomendasi potensi dan peluang untuk berperan serta dan terpanggil untuk bisa memilih keterlibatannya, sesuai besar kecilnya, dari isi dan wadah; bangkitnya kesadaran jiwa agungnya Kita masing masing.
*Rekomendasi Bahan Kesadaran Pertama* :
*HUTAN dan SUNGAI adalah Tanda Perubahan Budaya Peradaban*
Hal ini bisa Kita rekomendasi juga sebagai materi bahan dasar utama untuk menyusun skenario perjalanan wisata kebugaran.
Tempat belajar dan pembelajarannya lengkap : Di Kawasan Warung Pinggir Sungai, Desa Semut, sesudah Desa Puntir, Kelurahan Martopuro, Kecamatan Purwosari Kabupaten Pasuruan Jawa Timur.
Ada tempat duduk duduk di bawah pohon yang rindang, di sekitar tempat parkir yang luas ada pohon edukasi seperti palem raja, beringin, buah keres, pohon pule, bambu ori, serta tidak kalah mantapnya adalah menu masakan warungnya yang sedap, nikmat dan minuman yang tersedia dengan harganya terjangkau, meja dan kursinya juga banyak, untuk menampung jumlah pemakai, pengunjung dan pengguna fasilitas Warumg Pinggir Sungai.
*Rekomendasi Kedua* :
Sungai dan Hutan adalah Tanda Perubahan Jaman dan Peradaban, Itu Nyata di awal tahun 2024 ini.
Catatan Kita Bersama untuk diskusi dan rekomendasi di bawah ini :
Dari seorang sahabat pencari hikmat kebijaksanaan leluhur tua bangsa manusia, yang telah memberinya petuah dan nasehat kepada saya pribadi, tulisan ini bukan untuk menggurui dan mengkuliahi siapa saja dan siapapun, ini untuk masukan dan catatan buat saya sendiri dan siapapun yang berminat bahwa bangkitnya kesadaran jiwa untuk saya sudah sampai di wawasan dan kawasan di bawah ini:
Salam sehat dan bahagia
Disetiap diskusi terjadi perdebatan untuk mencapai kesepakatan, perdebatan dihasilkan dari setiap pengetahuan yang didapat lewat ilham ataupun kajian serta pengalaman masingnya.
Diskusi selalu ada Perdebatan adalah hal yang lumrah untuk melengkapi jawaban yang sudah dimiliki setiap masingnya, bukan merasa paling benarnya.
Terlihat lukis padahal kata tertulis,
Frasasti ditulis setiapnya adalah singkatan untuk permudah ukir dibatu.
Cara membaca dan menafsirkan pelajari bahasa terpakai saat itu, untuk mendapat hasil lengkap dan terukur.
{RGKW, 2024).
Sehingga membaca setiap.gambar fenomena realita Kita butuh kawan dan suasana yang nyaman untuk berbagi hikmah dari beragam sudut pandang, paling cocok kalok dialog dialog dengan bersama dan berjalan bersama alam.
*Rekomendasi Ketiga* :
Peneguhan dan Kesimpulan
Indikator Perubahan Budaya Peradaban yang Kita pelajari dan cermati, secara bertahap dan berjenjang di Lembah Gunung Arjuno, dalam Wawasan dan Kawasan BIOREGION ( Kawasan dan Wawasan dalam hubungannya, yang saling terkait satu sama lainnya, untuk fungsi manfaat sesuai ketetapan alam, dalam semua Makhluk Hidup [bio] dan yang bertumbuh [bio tanaman] . red. ) yang ada di Kawasan Dusun dan Desa – Desa nya, yang berada pasa region, wilayah, kawasan tersebut.
Adalah :
1. Kualitas Sumber Mata Airnya.
2. Kualitas Sungai dan Kalinya.
3. Keberadaan Jumlah Tegakan Pohon Kayu Keras dan Tanaman sekitarnya di Lembah Gunung Arjuno Jawa Timur.
Penulis : Guntur Bisowarno ( Ketua ASJI : Apoteker Saintifikasi Jamu Indonesia)