Wartaindonews, Malang – Sebagai suatu kenyataan pementasan teater adalah mementum penting dalam dinamika kesenian, khususnya seni pertunjukan. catatan ini bukan berarti pementasan adalah segala-galanya akan tetapi keberanian membongkar sekat-sekat dan dinding–dinding keterbatasan manusia terhadap rutinitas internal dan sekat-sekat eksternal yang menyegelnya.
Produksi karya abitus ini merupakan sebuah penemuan lintas generasi, lintas disiplin ilmu dan lintas teritorial. para sahabat-sahabat yang ingin mempertemukan gagasan yang dituangkan dalam suatu proses produksi pertunjukan teater.menurut Direktor pementasan Abitus Didik “Meoang” Harmadi “pertemuan dalam kerja kreatif dilakukan secara efektif mulai bulan april hingga september 2019”. Pagelarannya memilih di kota Malang sebab memiliki atmosfir dan iklim kebudayaan yang dinamis.
Sebagai suatu rangkaian maka dilakukan berbagai kegiatan yang melibatkan khalayak diantaranya workshop tubuh, workshop stage, management serta presentasi karya. hal ini sebagai usaha membangun atmosfir kreatif pada wilayah pekerja seni hingga terbangun energi teater yang inspiratif untuk mewujudkan masyarakat seni.
Tajuk dari kegiatan ini adalah “perjumpaan”, perjumpaan dengan diri, perjumpaan dengan orang lain, dan perjumpaan dengan lingkungan. tentu saja hal ini bukan suatu kebetulan atau sukedar rekreasi sikap tetapi sebagai kulminasi dan manifestasi ekspresi pengembangan estetika. sebagai upaya awal untuk membangun jaringan, kontruksi gagasan, serta kerja sama.
Pementasan Abitus yang di mainkan pada minggu Malam 15/9 dengan Direktor Didik “Meoang” Harmadi kemarin, merupakan representasi End Game karya Samuel Beckett merupakan sebuah pertunjukan usaha mengembangkan spirit lokalitas melalui konsep tubuh yang dimainkan di panggung teater arena. Dengan mempertemukan aspek teater, acrobat, film, dan tari yang di komparasikan dalam satu pertunjukan teater tanpa meninggalkan aspek materi. Sehingga aspek visual menjadi hal yang penting untuk mengaktualisasi gagasan tersebut.
Samuel Barclay Beckett (lahir di Dublin, Irlandia, 13 April 1906 – meninggal 22 Desember 1989 pada umur 83 tahun) adalah seorang novelis avant-garde dari Irlandia, penulis buku, naskah drama, puisi, dan sutradara teater. Ia juga menerjemahkan banyak karya sastra terkenal lainnya. Samuel dianugerahi Hadiah Nobel Sastra pada 1969. Naskah dramanya yang paling terkenal adalah Menunggu Godot (bahasa Inggris: Waiting For Godot) yang sering dipentaskan di panggung pertunjukan dan ditayangkan di stasiun televisi. Banyak dramawan dan sastrawan yang berpendapat bahwa dia adalah penulis terpenting abad ke-20.
Pementasan Abitus yang dilakukan oleh Theater Sampar Indonesia yang didirikan pada tanggal 22 Desember 2004 oleh beberapa penggiat seni di Malang. kelahirannya dalam upaya membangun revitalisasi sikap, kerjasama antar elemen, menjaga komitmen berkesenian dan upaya keterlibatan ikut mengurai berbagai persoalan di lingkungannya. Dalam perjalanan berkesenian situasi pasang surut terus mewarnai, namun berbagai kendalan dan kegagalan terus diakrabi demi menjaga stamina kreatifitasnya. Lahir dari keterbatasan SDM, infrastruktur, dan daya jangkau, maka dengan aspek-aspek inilah.
Theater sampar Indonesia itu sendiri berusaha untuk tidak menjebak pada kondisi stagnan dan eskapisme semu dan terus melakukan trobosan eksplorasi dan eksperimen-eksperimen estetika, sehingga mampu membangun atmosfir seni di tengah arus kuat kontemporer. Theater Sampar Indonesia mencoba membangun ruang ekspresi dari berbagai senyawa yang ada didalam kesenian untuk melebur kedalam satu ruang partikel berupa ekspresi humanis.
“Pertunjukan Abitus ini memberi pesan kepada masyarakat tentang kekuatan teknologi saat ini yang memenjara kehidupan manusia. Bagaimana manusia dikendalikan teknologi dan manusia sampai saat ini masih ber-ephouria dengan itu semua” Tutur Silvi Asna, salah satu aktor ABITUS yang saat ini berprofesi sebagai dosen FEB UB.
Pertunjukan teater yang didukung oleh tim lintas kota, generasi dan profesi seperti Darmanto Rajab, Pambudi, Mbah Catur, Pak Tri dan para actor muda seperti Caca,Mike, Hap, Arif, Davin, Wisam, Alvin, Silvi, Arman, Puput, Lulu, Dzikri, Saprol yang berasal dari beberapa Universitas yakni diantaranya Universitas Muhammadiyah Malang, Universitas Brawijaya dan STKW (Sekolah Tinggi Kesenian Wilwatikta) Surabaya.
Sedangkan tim artistic didukung oleh Dayat, Arena, Wiji, Heni, Yudith, Londo, Sugik, dan Bambang. Pementasan yang di supervisori oleh Ratna.,M.Sn selaku salah satu pengajar di STKW Surabaya juga didukung oleh Universitas Brawijaya, Teater EGO FEB-UB,Cafe Pustaka, DKM, Teater Coboy, RS Muhammadiyah dan Tri Cafe. (Ki Demang)
Comment