Wartaindonews, Malang – Belakangan ini nampak jalanan tidak lagi lengang seperti di awal-awal diumumkan pandemi Covid-19. Dibanyak tempat nampak mulai ramai dan situasi nyaris seperti tidak terjadi sesuatu yang membahayakan keselamatan jiwa. Himbauan untuk mengenakan masker pun nampaknya tidak cukup dipatuhi oleh seluruh elemen masyarakat. Dibeberapa pusat perbelanjaan, dan minimarket yang ruangannya tertutup masih banyak terlihat orang melenggang dengan santainya tanpa masker.
Bahkan ditemukan pegawai dibeberapa tempat perbelanjaan melayani pembeli tanpa masker dan tidak terlihat was-was.
Itupun, bisa dilihat dengan sangat jelas di depan gerai makanan kerumunan teman-teman yang menanti order di aplikasi gadgetnya, mengobrol dengan jarak yang sangat dekat dan tanpa masker. Kadang alasannya tidak masuk akal yaitu merasa tidak enak berbicara dibalik belenggu masker.
Konon bangsa Melayu termasuk Indonesia adalah bangsa yang suka mengobrol. Kebiasaan untuk berkumpul sembari ngopi dan bercerita ngalor ngidul tentu saja bukan perkara mudah untuk dihilangkan. Mungkin hanya bertahan beberapa waktu saja, selebihnya akan mencari-cari alasan untuk bersosialisasi atau sekedar keluar rumah ditengah pandemi Covid-19 yang nampaknya belum terjinakkan.
Bagi kalangan tertentu barangkali situasi saat ini bisa dipatuhi karena logika mereka bisa menerima dan berpikir jernih. Toh, kebiasaan mengobrol bisa tersalurkan melalui gadget dan media sosial. Tapi bagaimana dengan mereka yang sudah jenuh dengan physical distancing terlepas dari urusan pekerjaan dan mencari nafkah? Bahkan orang dengan sdm mumpuni bisa dengan santainya bepergian keluar kota tanpa kepentingan mendesak dan tidak perduli memasuki wilayah zona merah.
Nampaknya mengubah perilaku sosial ditengah pandemi Covid-19 harus ada perlakuan pendisiplinan yang memang diawasi secara ketat dan melibatkan lintas sektoral. Contohnya adalah mewajibkan siapapun yang berada di wilayah publik untuk memakai masker. Baik di terminal, pom bensin, pusat perbelanjaan yang memakai ac maupun pasar tradisional. Tidak cukup hanya menyediakan tempat cuci tangan dan Hand sanitizer saja, Tetapi nampaknya harus ditambah pengawasan yang tegas namun persuasif untuk tetap menjaga jarak dalam sebuah komunitas sekalipun itu adalah teman berkumpul sejak lama.
Mungkin juga diperlukan di setiap tempat agar dipasang spanduk yang besar untuk memperingatkan masyarakat tentang jumlah penderita terpapar Covid-19 yang terus meningkat dan pentingnya protokol kesehatan.
Situasi ini memang sungguh melelahkan dan sangat tidak menyenangkan tetapi kita tidak punya pilihan lain jika ingin kehidupan normal segera kembali, caranya adalah:
Menahan diri dan disiplin mengikuti aturan pemerintah, jangan mengeluh merasa jenuh karena yang lebih penting adalah pandemi ini segera berlalu.
Lebih baik Anda berpikir dan melakukan gerakan yang bijak untuk membantu sesama yang hidupnya kekurangan dan membutuhkan bantuan. Latihlah empati dan simpati Anda terhadap nilai-nilai kemanusiaan sesuai dengan kemampuan masing-masing.
Jangan mengabaikan aturan memakai masker karena terasa tidak enak, toh Anda hanya membutuhkan ketika berada diluar rumah. Jika berdiam diri di rumah dan tidak bertemu orang awam Anda bisa bernafas lega, jadi diamlah di rumah.
Beraktivitas sesuai protokol kesehatan dan jangan mengambil resiko. Hormatilah pengorbanan para tenaga medis yang harus kehilangan nyawa akibat pandemi ini. Apabila kita tidak beradaptasi dengan kebiasaan baru dan disiplin untuk physical distancing maka kenikmatan sebagai bangsa Indonesia yang suka berkumpul dan mengobrol ditengah kesibukan masing-masing semakin lama harus tertunda. Tentunya kita semua menginginkan situasi segera pulih seperti sedia kala, oleh sebab itu harus dihadapi secara logis. Terlebih dengan memasuki bulan suci Ramadhan, jauh lebih bijak jika kita semua menahan diri lebih kuat lagi dan menguatkan ibadah lebih khusuk di rumah masing-masing. (Sayekti P)
Comment