by

Soliter dan Solider

-Artikel-2,021 views

Wartaindonews — Makna ‘SOLITER’ di KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) adalah secara menyendiri atau sepasang-sepasang, tidak secara kelompok (tentang pola hidup organisme di alam). Makna ‘SOLIDER’ di KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) adalah bersifat mempunyai atau memperlihatkan perasaan bersatu (senasib, sehina, semalu, dan sebagainya); (rasa) setia kawan, contoh: serikat buruh itu menyatakan perasaan SOLIDER terhadap pemogokan buruh pelabuhan itu.

Berbicara mengenai ‘SOLITER dan SOLIDER’ adalah berbicara mengenai cara/pola/gaya hidup. Berbicara mengenai cara/pola/gaya hidup ada beraneka macam, warna-warni. Maka dalam kehidupan kita, akan dijumpai beraneka macam cara hidup. Orang yang satu berbeda dengan yang lain. Orang ekstrovert misalnya, dia akan selalu berusaha hidup bersama kelompoknya, komunitasnya, clubnya, dan lain-lainnya. Salah satu yang masuk kelompok ekstrovert adalah orang ‘SANGUINIS’. Dengan bertemu dan berkumpul dengan orang lain, dia akan mendapatkan energi. Dengan bertemu dan berkumpul dengan orang lain, dia men-charge’ dirinya, baterai hidupnya menjadi penuh dan hidup lebih bersemangat. Sebaliknya, ada orang yang masuk katagori introvert. Orang introvert dengan ciri dominannya diam, lebih suka menyendiri dan cara hidup seperti ini bagi dia menyenangkan. Dia menjalani pola hidup ‘SOLITER’. Dan justru dengan pola hidup ‘SOLITER’ ini, energinya akan menjadi penuh, baterainya full, dia lebih bersemangat menjalani hidup.

Hidup ‘SOLITER’ tidak selalu berarti hidup tanpa orang lain sama sekali. Memang ada orang yang hidup dalam pengertian ‘SOLITER’ penuh, artinya hidup betul-betul sendirian. Tetapi ada juga orang hidup ‘SOLITER’ dalam kelompok. Dalam gereja Katolik, ada orang yang menjalani hidup terpisah dari masyarakat. Mereka tinggal di lereng bukit, di desa, di pedalaman. Mereka tinggal jauh dari kota beserta kehirukpikukkannya. Di Jawa Tengah, di daerah Temanggung, ada sekelompok orang yang menjalani hidup ‘SOLITER’. Mereka adalah para rahib Trapis. Mereka hidup, mengisi hidup dengan ‘berdoa dan bekerja’. Mereka berdoa bagi dunia agar damai sejahtera. Mereka bekerja untuk pertama-tama mencukupi kebutuhan hidup mereka sendiri sehari-hari. Ada berbagai karya disana. Ada pembuatan keju, roti, kopi, dan lain-lainnya. Bahkan hasil karya mereka dipasarkan ke tempat lain di luar biara. Di Gedono, di daerah Salatiga, juga ada biara untuk para rubiah Trapis (kelompok puteri) yang menjalani hidup ‘SOLITER’, sama dengan para rahib Trapis yang tinggal di Rawaseneng, Temanggung. Para rubiah menjalani hidup hariannya dengan ‘berdoa dan bekerja’. ORA ET LABORA, sama dengan yang dilakukan para rahib di Rawaseneng.

Nah, hari-hari ini ‘SOLITER dan SOLIDER’ menjadi penting, bahkan sangat penting bagi dunia pada umumnya dan kita bangsa Indonesia dalam rangka menangkal, mengurangi dan memutus corona, agar tidak merebak lebih luas. Kita tahu bahwa penularan virus corona (covid 19) begitu cepat dan mudah. Dampak corona sungguh luar biasa, melumpuhkan sendi-sendi kehidupan, ekonomi, business, pariwisata. Banyak sektor mengalami kerugian besar. Dan dampak yang paling membahayakan adalah untuk kesehatan kita semua. Maka dalam rangka menjaga kesehatan kita bersama-sama karena sifat corona ini pandemik, kita perlu bekerjasama. Pemerintah sudah bekerja keras demi keselamatan seluruh rakyat Indonesia. Namun, pemerintah membutuhkan kerjasama kita. Dalam hal ini, sebagai warga masyarakat yang baik, kita patuhi himbauan, ajakan dan seruan pemerintah demi keselamatan kita semua. Salah satu himbauan adalah ‘DI RUMAH SAJA’. Kalau biasanya kita melakukan banyak hal di luar rumah, saat ini kita diminta untuk tinggal di rumah saja. Kita diminta untuk menjalani hidup ‘SOLITER’, menyepi di rumah saja dengan ‘social distancing’, menghindari tempat-tempat dimana banyak orang berkumpul/bergerombol. Setiap orang mempunyai tanggungjawab untuk menjaga dan merawat kesehatannya sendiri. Dengan cara ini berarti kita ‘SOLIDER’ terhadap sesama. Kita peduli kesehatan orang lain. Kita prihatin terhadap keselamatan orang lain, merawat kesehatan pribadi dan mentaati himbauan untuk ‘stay home’. Apabila setiap orang betul-betul mentaati/mematuhi untuk tinggal di rumah saja berarti kita sudah berkontribusi untuk mengatasi masalah covid 19 yang sedang kita hadapi. Kita mungkin tidak menyadari dan tidak tahu bahwa kita sudah menyelamatkan hidup orang lain.

Mungkin himbauan untuk tinggal di rumah saja yang berarti menjalani gaya hidup ‘SOLITER’ bagi orang-orang tertentu terasa berat. Mereka membayangkan bermacam-macam hal. Pertanyaan-pertanyaan muncul di benak mereka. ‘DI RUMAH SAJA’? Terus seperti apa hidup di rumah saja. Menurut saya, kita harus menimbulkan ‘OPTIMISME’ dan berani mengambil hikmah dari sesuatu peristiwa. Dengan tinggal di rumah saja, berarti tersedia banyak waktu. Kita bisa menggunakan waktu yang merupakan karunia dari Tuhan untuk berdoa agar covid 19 segera lewat, berdoa bagi pemerintah yang mati-matian berusaha keras menangkal covid 19, berdoa bagi para dokter, paramedis yang bertugas di garda depan untuk menyelamatkan nyawa orang lain, dengan resiko nyawa sendiri bisa terancam dan berdoa bagi siapa pun yang terlibat dalam menangani covid 19. Bagi keluarga yang jarang bertemu satu sama lain karena kesibukan masing-masing, moment ini bisa dimanfaatkan untuk perjumpaan yang sangat baik untuk saling memberikan perhatian, berbagi pengalaman. Inilah moment untuk saling mengakrabkan antar anggota keluarga. Dalam situasi seperti ini, bisa jadi orang menjadi kreatif menciptakan sesuatu yang baru: menulis, mencoba resep masakan baru. Bahkan saat saya membuka-buka WA, sekarang ini banyak orang memunculkan semacam teka-teki untuk menyusun huruf yang diacak menjadi nama tokoh-tokoh dalam Kitab Suci. HAMARBA → ABRAHAM, LISUPIF → FILIPUS. Nampaknya ini hanya sarana membunuh rasa bosan mungkin. Tetapi tanpa kita sadari, kita jadi mengenal tokoh-tokoh dalam Kitab Suci. Kita jadi lebih dekat dengan Kitab Suci. Ada juga teka-teki dengan katagori makanan, tempat-tempat di kota kelahiran, dan lainnya. Intinya, menjalani hidup ‘DI RUMAH SAJA’, orang harus menumbuhkan ‘OPTIMISME’, berpikir positif dan berani fokus pada hal-hal positif, yang baik. Cara pandang kita akan menentukan kualitas hidup kita. Contoh sederhana cara pandang. Ada gelas berisi air separuh. Orang pesimis dengan cara pandang negatif akan berkomentar: ‘Wah, hanya separo’. Ungkapannya kekecewaan. Orang optimis dengan cara pandang positif akan berkomentar: ‘ Hah, lumayan separo’. Ungkapan syukur.

Mari kita tanggapi himbauan pemerintah untuk ‘DI RUMAH SAJA’ dengan optimis dan fokus pada hal-hal yang positif. Menutup tulisan ini, marilah kita renungkan AMSAL 22:3? ‘Kalau orang bijak melihat malapetaka, bersembunyilah ia, tetapi orang yang tak berpengalaman berjalan terus, lalu kena celaka. Orang bijak melihat bahaya, lalu bersembunyi, tetapi orang naif melintasinya, lalu kena celaka’.

Ada perbedaan pendapat orang percaya saat menghadapi corona virus. Ada yang berkata: ‘harus stay home dan menjauhi keramaian’. Ada yang berkata: ‘jangan takut, kita punya iman yang besar’. Mari kita menghormati perbedaan pendapat tersebut, tanpa saling menyerang. Jangan takut menghadapi virus corona, sebab kita punya Tuhan yang jauh lebih besar, tetapi sebagai orang percaya yang bijak, kita juga harus menghindari malapetaka. Ibarat kita sudah melihat singa yang siap menerkam di tengah jalan, hanya orang bodoh yang akan terus jalan dan akhirnya di terkam. Ibarat kita sudah tahu ada racun di makanan, segera hindari racun tersebut. Ibarat kita melihat ada mobil yang melaju dengan kencang di jalan, jangan kita nekad menyeberang. Dalam menghadapi situasi seperti ini, marilah kita bersikap bijaksana. Iman percaya pada Tuhan tetapi kita juga bijaksana.

Pesan AMSAL 22:3 ini sangat jelas, bahwa kita semua harus ‘DI RUMAH SAJA’, karena di luar sana ada corona yang bisa mengancam keselamatan kita. Marilah jadi orang beriman yang bijak. Berani berserah diri pada Tuhan, namun kita juga berani terus untuk mengatasi corona dengan melakukan aksi nyata. Dan salah satu aksi itu adalah ‘DI RUMAH SAJA’, sesuai dengan himbauan pemerintah. Semoga dengan cara ini corona cepat lewat.

 

Penulis: Ph. Ispriyanto

Kontributor

Comment

Leave a Reply to Anton

2 comments