Wartaindonews, Malang – Kisah ini menceritakan Adipati Kangsa merebut takhta Kerajaan Mandura dan mengadakan pertandingan Adu Jago manusia, yang berakhir dengan kematiannya di tangan Kakrasana dan Narayana. Juga diceritakan awal mula Kakrasana dan Narayana mendapatkan senjata pusaka dari kahyangan, antara lain Nanggala dan Cakra.
Kisah ini diolah dari sumber Serat Pustakaraja Purwa (Surakarta) karya Raden Ngabehi Ranggawarsita, yang dipadukan dengan kitab Mahabharata karya Resi Wyasa. Pagelaran Drama Tari Topeng Gorawangsa Adi Jago yang di mainkan 35 mahasiwa PSTM UM dibawah bimbingan Dr.Roby Hidajat, M.Sn dosen dan ahlinya topeng malang dalam festival Panwijen djaman mbiyen kampung budaya polowijen (9/11/2019)
Pagelaran Drama tari itu merupakan rangkaian dari pembukaan festival Panawijen Djaman Mbiyen Kampung Budaya Polowijen sehingga semua tamu udangan dari disbupar , Barenlitbang, DPRD Kota Malang, Kapolsek, Danramil dan camat serta OPD, ketua Pokdarwis Kampung tematik, kakang mbakyu dan duta budaya Kota malang dan tokoh masyarakat.
Kepala disbudpar Ida Ayu Made Wahyuni , SH, M.Si, dalam sambutanya menyampaikan bahwa “KBP selalu unggul di seni pertunjukan sehingga mampu mendongkar ekraf sub sektor lainnya” oleh karena itu KBP yang sudab terkenal dengan icon topeng malangan bisa menjadi pemantik utk sub sektor kriya, fashion dan musik gamelannya. Sehingga kuliner fotografi dan lain lain akan mengikuti.
Festival yang di gelar selama 2 hari Kata Ki Demang Penggagas KBP di hari pertama “fokus di penguatan topeng Malang untuk pengenalan kembali ragam tradisi dan karakter topeng”. Caranya mulai dari petunjukan, kriya topeng, tari topeng sesekarang topeng hingga lomba tari topeng Malang.
Adapun makna yang dapat di petik dari lakon drama tari topeng gurawangsa adu jago tidak lain adalah siapa saja harus siap berkompetisi melalui ragam karya kreatifnya termasuk di seni budaya. Ungkap Roby di sela-sela waktu. (Ki Demang)