Wartaindonews, Malang – Semula Dewi Sekartaji merasa bingung ketika di ditanya sang paduka ayahanda Prabu Amijaya. Bahwa dirinya banyak yang meminang sebagai istri dari berbagai kalangan bahkan sampai negeri sebrang.
Tak ayal Dewi Sekartaji yang tidak lain adalah Galuh Candra Kirana putri raja Panjalu mengajukan persyaratan kepada sang paduka Barang siapa yang bisa membawa bunga Tunjung Biru maka sang Putri siap di persuntingnya.
Cerita itu terdengar Panji Inu Kertapati sang pangeran dari Jenggala yang sebenarnya sudah lama jatuh cinta dengan Sekartaji. Panji frustrasi karena kekasihnya Sekartaji malah membuat sayembara dan membuka peluang bagi laki laki lain untuk mengambil darinya.
Jarodeh pengawal setia panji memberikan jimat sakti dengan mencabut sehelai rambut Jarodeh maka Panji akan menemukan Bunga Tunjung Biru Itu. Dalam proses pencarian bunga banyak kejadian yang dialami oleh Panji.
Panji berhadapan dengan musuh yang tangguh termasuk Prabu Kelana Swandana yang sakti mandraguna. Meskipun demikian tetap panjilah yang menemukan bunga permintaan Sekartaji. Akhir cerita tetap panjilah yang mampu mempersembahkan bunga Tunjung Biru itu sebagai persembahan kepada sang kekasih. Akhirnya Panji Asmoro Bangun nama lain dari Inu Kertapati menikah dengan Dewi Sekartaji.
Demikianlah kiranya cerita Sendratari Wayang Topeng Malang yang dipersembahkan oleh Komunitas Topeng Malang sebagai persembahan Pra Festival Panji Nusantara 2019 Rabu Malam (10/7) di Taman Kridha Budaya Jawa Timur. Festival Panji Nusantara di selenggarakan 11-12 Juli di Kota Malang
Festival Panji Nusantara 2019 kali ini dengan tema “Transformasi Budaya Panji” ini merupakan kerjasama Dinas Kebudayaan dan Provinsi Jatim, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Republik Indonesia dan pemerintah Kota/Kabupaten yang menjadi tuan rumah acara tersebut didukung oleh Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Yogyakarta dan Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Trowulan, Mojokerto.
Menurut Ki Demang Penggagas Kampung Budah Polowijen termasuk pegiat Komunitas Topeng Malang yang turut serta memeriahkan antara lain Kampung Budaya Polowijen dan Sanggar Trisno Langen Budoyo Tasikmadu Kota Malang ya mengawali tari tarian pembuka sendratari topeng Malang.
Selanjutnya sendratari wayang topeng dimainkan oleh penari topeng dari Sanggar Asmoro Bangun Kedungmongo Pakisaji, Sanggar Galuh codro Kirono Jambuwer Kromengan. Padepokan Seni Mangundarmo Tulus Besar dan Sanggar Setyo Utomo Glagahdowo dari Kecamatan Tumpang dan Paji Laras.
Sebelum gebyak di mulai ada tari Topeng Ragil Kuning yang di bawakan penari KBP mengawali pembukan Pra Festival Panji Nusantara. Ki Demang Mengatakan “Ini tampilan topeng Ragil Kuning untuk melengkapi ragam tari topeng lainnya dimana tokoh perempuan sangat minim dalam wayang topeng” Ragil Kuning yang tidak lain adalah adik kandung Panji Asmoro Bangun atau Inu kerapati. Imbuhnya.
Ki Demang juga menyampaikan bahwa munculnya tari topeng berdasarkan tokoh dan karakter dalam wayang topeng seperti Ragil Kuning tidak lain adalah untuk melengkapi naskah cerita Panji sebagai warisan budaya nusantara agar di akui Unesco sebagai Warisan Dunia.
Sementara Ki Suroso senior tokoh topeng malang dari Sanggar Topeng Asmoro Bangun Kedungmonggo mampu mengajak semua komunitas topeng Malang untuk memeriahkan Festival Panji Nusantara. “Sendratari ini adalah persembahan inisiatif komunitas Topeng Malang sebagai bentuk kecintaan tentang budaya Panji.” Ungkap dia.
Ki Suroso sengaja meminta kepada Disbudpar Kota Malang agar di berikan ruang pentas teman Komunitas Topeng Malang sebagai upaya untuk mempersatukan ragam macam kesenian Topeng Malang dan ikut terlibat merayakan Festival Panji. Tukasnya. (Ki Demang/SDN)