Wartaindonews, Solo – Lagi viral video pak Ganjar yang sedang bersepeda berhenti di depan seorang ibu yang lagi nyantai nunggu barang dagangannya yang sepi pembeli. Si ibu tak mengerti kalau ia sedang berhadapan dengan pak Gubernur Jateng. Ia sempat kaget banyak barang dagangan yang dibeli oleh orang bersepeda tersebut.
Seperti yang kita lihat di video, orang nomor 1 di Jateng tersebut terinspirasi dari hasil turun ke jalanan tersebut, dengan rasa empatinya kepada wong cilik, maka Ganjar langsung mengkampanyekan Program “Ayo Jajan” …… Sebuah program peduli wong cilik yang bagus untuk disosialisasikan di saat pandemi seperti sekarang ini. Tetapi bagaimana mau jajan di tempat yang waktunya dibatasi maksimal hanya 20 menit, padahal untuk persiapan penyajian menu makanan dan membuat minuman saja perlu waktu +/- 10 menit, makan hanya tinggal punya waktu 10 menit, habis makan minum biasanya nyedot sebatang, apa ya cukup waktunya ?
Kalau jajan dibawa pulang biasanya sudah beda rasanya. Karena PPKM yang tak kunjung selesai ini sudah terasa dampaknya bagi pengusaha kecil dan menengah yang tidak dapat menutup biaya operasional, alias merugi. Mau sampai kapan PPKM?
Masyarakat lama-lama tak akan tahan dengan masalah perut, yang akibatnya tindak kejahatan bisa diprediksi akan meningkat seiring dengan meningkatnya tingkat kemiskinan, sedangkan kemiskinan merupakan kondisi yang mudah untuk dipolitisasi dan dipengaruhi atau dicekoki atau dicuci otak oleh faham faham radikalisme anti pemerintah, mudah digerakkan oleh para brainwasher sebagai provokator yang ingin memecah belah NKRI demi kepentingan kelompok maupun pribadi.
Program subsidi yang banyak tak dimengerti karena program sosialisasi yang tidak mencapai sasaran, terbukti banyak masyarakat yang belum bisa memahami. Contohnya terhadap masyarakat yang terpapar Corona dan melakukan isoman, semestinya dengan sistem teknologi informasi terpadu bisa diketahui siapa masyarakat yang terpapar dari hasil test antigen dan PCR.
Berdasarkan data KTP masyarakat yang telah antigen dan PCR masuk Dinkes di teruskan ke Puskesmas setempat, Kelurahan, dan sampai RT.
Dengan langsung dapat diketahuinya orang yang terpapar Covid, mestinya program bantuan untuk meringankan beban biaya kesehatan pasien isoman dapat langsung diberikan, bukan malah banyak nanya, sekarang isomàn dimana? Siapa yang merawat, dan ternyata kalau dirawat oleh keluarganya yang tinggal tidak sekelurahan dengan pasien, maka pasien tak akan diapa-apakan. Tidak ada bantuan apapun juga. Mau obat, oksigen dan vitamin ya harus beli sendiri dan ngantri sendiri, dari kantong sendiri dengan harga yang biasanya lebih tinggi.
Namun kini juga banyak beredar program masyarakat peduli dengan kondisi pandemi saat ini. Program berbagi kasih, seperti Jum’at berkah, Minggu berkah dan yang akhir akhir ini juga muncul berbagai kalangan pada menyumbang tali kasih dalam berbagai bentuk.
Mudah-mudahan mukjizat akan terus ada dan muncul, seperti ketika Yesus/ Nabi Isa, tergerak oleh rasa belas kasihan, merasa iba dan muncul empati melihat 5000 orang lebih yang mengikutinya kelaparan di waktu malam. Para muridnyapun juga bingung, mereka hanya mempunyai 5 roti dan 2 ikan disuruh membagi-bagikan dari 5 roti dan 2 Ikan tersebut kepada orang banyak, tetapi mereka tetap melakukannya membagi-bagikan roti dan ikan sampai mereka semua kenyang, bahkan masih ada sisa 12 bakul penuh makanan.
Memang mukjizat itu ada bagi orang yang percaya kepada NYA.
Oleh: Danny Trisno Susetyo