Wartaindonews — Budaya merupakan hasil dari cipta, rasa dan karsa manusia yang dilakukan secara terus menerus serta berkelanjutan, sehingga semakin lama akan membudaya dengan membentuk nilai–nilai dan akan terus ada selama itikad serta kemauan dari masyarakat untuk melestarikannya. Dalam kebudayaan perlu adanya interaksi yang akan menjadikan budaya tersebut berkembang (H. Muhammad Bahar, 2017: 71). Indonesia memiliki ragam budaya dari sabang sampai meraoke dengan memiliki keunikan disetiap daerahnya. Hal ini dikarena pada dasarnya masyarakat yang ada di Indonesia berasal dari latar belakang yang berbeda serta persebaran yang tidak merata antar daerahnya karena Indonesia merupakan negara kepulauan. Inilah yang menjadi ragam budaya di Indonesia menjadi lebih variatif dibandingkan dengan negara lain.
Pada prinsipnya, fenomena ini merupakan wujud dari seni yang dielaborasi terhadap keaslian dan kreativitas budaya yang dapat menjadi rujukan bagi pihak terkait. Kontribusi kekayaan seni budaya, salah satunya berasal dari Kota Medan, seperti drama sosial, teater, seni tari, folksong, dan pertunjukan hiburan rakyat lainnya yang ditampilkan dalam acara perhelatan ritual keagamaan, upacara adat, dan festival atau karnaval untuk pengembangan wisata terpetakan (Matondang dan Setiawan, 2015:17).
“Negara dapat memajukan dan mempopulerkan kebudayaan yang ada di Indonesia ditengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai kebudayaanya” (CMedia, 2012) artinya pasti akan ada budaya baru menuju kemajuan adab, masyarakat harus bisa menerima serta memfilter terhadap budaya baru yang masuk ke Indonesia dengan tidak menolak budaya asing asalkan budaya tersebut memberikan dampak yang positif bagi masyarakat umum serta bermanfaat didalam kehidupan sehari-hari.
Pulau Madura merupakan pulau kecil dengan kebudayaan yang beragam, unik dan menarik. Salah satu bentuk kebudayaan yang tidak hanya terkenal ditanah air tecinta saja tetapi juga terkenal di Mancanegara, budaya tersebut adalah budaya “Karapan Sapi” (Imam Bonjol Jauhari, 2016: 129). Kategori pemeran Karapan Sapi ini ialah sapi jantan yang diperlombakan dengan mengukur kecepatan lari dari kedua pasangan sapi yang ditunggangi oleh pemiliknya. Tak mau kalah, sapi betinapun juga dikonteskan namun tidak untuk pacuan sapi melainkan kontes ratu kecantikan sapi, kebudayaan ini bernama “Sapi Sonok”, kontes sapi sonok ini mencari sapi tercantik dengan kriteria penilaian melihat penampilan (kekompakan) serta keindahan tubuh sapi betina seperti badan yang manarik, wajah yang serupa serta beberapa kriteria lainnya yang dikonteskan secara berpasangan dengan sapi betina lainnya.
Kapialisme adalah sistem ekonomi dimana pemilik modal melakukan usahanya dalam meraih keuntungan sebesar besarnya, dalam hal ini sangat terlihat dari keadaan masyarakat sekitar bahwa pemilik sapi sonok berusaha melakukan segala cara sehingga sapi yang mereka punya memiliki nilai jual yang tinggi, selain terjadi kapitalisme yang kuat, dengan adanya sapi sonok juga menjadikan adanya stratifikasi sosial dalam istilah lain yakni kapitalisme pedesaan (Dede Sri Kartini dkk, 2017: 62). Hal tersebut memunculkan pendapat tentang bagaimana pandangan masyarakat terhadap orang yang memiliki sapi sonok dengan yang bukan pemilik sapi sonok.
Comment