Wartaindo.news – Jakarta. Ridwan Saidi adalah ahli sejarah dan seorang budayawan Betawi. Lulusan Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Indonesia, kedatangan Ridwan Saidi sekitar pukul 9:30 S/d 10:15 sebagai tamu undangan di PPHI, tepatnya di hotel Sahati lantai 4. Jl- margasatwa No.45 Jaksel, dalam penyampaian Ridwan menceritakan sejarah Nusa Kalapa itu Kalapa dan sekitarnya, yang mana Kalapa itu daerah Kaliadem, Muara Angke, Kapuk Muara. “Majakatera kemudian mengalami pemendekan Jakatra,“ ujarnya. Minggu 24 feb 2019.
Kalau mengenai Pangeran Jayakarta tidak dikenal sejarah karena itu dongeng saja. “Kota ini namanya Majakatera menjadi Jakatra yang kemudian sekarang bernama Jakarta,” urainya.
Ridwan menyebut asal orang Jakarta itu dari goa, seperti juga asal bangsa manapun di dunia selalu merujuk pada asal mula bangsa dari goa yang kemudian berakulturasi dengan orang-orang pendatang hingga membangun peradaban seiring dengan perkembangan zaman.
“Jangan bilan gak orang Betawi itu dari Ongol-Ongol, tapi dari goa, yang kemudian berakulturasi dengan orang Armenia dan orang Samarkand,” tegasnya. 24 feb 2019.
Tanjung Priok merupakan kawasan paling terkenal dan menjadi wilayah terpenting di Jakarta Utara karena di sana terdapat pelabuhan yang sudah beroperasi sejak zaman Hindia Belanda hingga sekarang.
Belanda mengembangkan kawasan Tanjung Priok sebagai pelabuhan baru Batavia pada akhir abad ke-19 untuk menggantikan pelabuhan Sunda Kelapa yang berada di sebelah baratnya.
Sebab, pelabuhan tersebut sudah menjadi terlalu kecil untuk menampung peningkatan lalu lintas perdagangan yang terjadi akibat pembukaan Terusan Suez.
Pembangunan pelabuhan baru dimulai pada 1877 oleh Gubernur Jendaral Johan Wilhelm van Lansberge (1875-1881). Beberapa fasilitas dibangun untuk mendukung fungsi pelabuhan baru, diantaranya stasiun kereta api Tanjung Priok pada 1914.
Sementara itu Ridwan juga menceritakan sejarah Kabupaten Ciamis dahulu merupakan sebuah kerajaan yang bernama Kerajaan Galuh. Kerajaan Galuh masih berdiri hingga tahun 1595 yang dipimpin oleh Ujang Meni (putra Prabu Haur Kuning) setelah di abhiseka bernama Maharaja Cipta Sanghyang di Galuh dan pemerintahanya berpusat di Cimaragas. Ketika putranya yang bernama Ujang Ngekel yang kemudian bergelar Prabu Galuh Cipta Permana berkuasa tahun 1595-1608 M kerajaan dipindahkan ke Gara Tengah (Cineam Tasikmalaya).
Berubahnya sistem kerajaan di Galuh menjadi “Kabupatian” diakibatkan kuatnya pengaruh Mataram di jaman pemerintahan Mas Jolang dengan gelar Sultan Sultan Agung Hanyokrowati (1601-1613). Menjelang 1608 merupakan masa-masa peralihan system pemerintahan di Galuh saat pengaruh Mataram di Kartasura semakin kuat (ujarnya)
Tamu yang hadir dalam acara dari berbagai DPP/ PPHI Provinsi dan pusat pun mendengar dengan hikmat tentang sejarah yang di sampaikan Ridwan Saidi, acara ditutup Do’a bersama dan foto bersama.
Comment