Sesudah Tulisan Kita bertajuk EKSPLORASI GASTRONOMI SPANYOL, dengan Tokoh Utama Gastronomi Bali, Gede Kresna di Rumah Intaran, Singaraja Bali, sekarang Kita menuju ke Desa TARO PATAS Gianyar, Pusat Pertumbuhan dan Pengembangan Moringa Holiday, dengan Penggagas serta Ownernya adalah I Wayan Balok Suardana, yang juga sedang getol getolnya membangun BUDAYA PERADABAN BALI dan BANGKIT KEMBALI BALI V, dengan membangun GASTRONOMI BALI dalam Program dan Kurikulum Moringa Holiday-nya, serta Sinergitas Potensi Rebung Bambu Tabah dari Inisiasi Gagasan Besar, lewat 30 Tahun Riset Kajian Pande Ketut Diah Kencana, Perihal Rebung Bambu Tabah, yang mendorong Kita untuk mengerjakan Potensi Bibit dan Rebung Bambu Tabah sebagai Bahan Baku Gastronomi Bali, di Kawasan Wisata Moringa Holiday dan Wisata Desa ~ Desa Wisata TARO Gianyar Bali, besutan dan binaan serta penempaan I Wayan Balok Suardana adanya.
Apa itu Gastronomi :
Wisata Gastronomi memang terdengar asing di Indonesia. Istilah Wisata Gastronomi memang lebih bergaung di luar negeri dibanding dalam negeri.
Namun jika diartikan, menurut Hall dan Shraples (2003) sebagaimana yang dirangkum oleh Organisasi Pariwisata Dunia PBB (UNWTO), Wisata Gastronomi adalah sebuah perjalanan yang berhubungan dengan makanan ke suatu daerah dalam telaah budayanya dengan tujuan rekreasi.
Termasuk berkunjung ke penghasil makanan utama dan kedua, acara festival makanan, pasar petani, acara memasak dan demonstrasi, serta mencicipi produk makanan berkualitas dan aktivitas pariwisata yang berhubungan dengan makanan dan budayanya.
Wisata Kuliner menjadi salah satu hal yang wajib dilakukan ketika kita bepergian ke suatu kota atau negara, terutama tempat-tempat yang tidak pernah kita kunjungi sebelumnya. Dengan mencicipi masakan lokal di tempat tersebut, kita memang bisa lebih mengenal budaya dan masyarakat setempat. Itulah Potensi Wisata Gastronomi.
Istilah “Wisata Kuliner” mungkin sudah tidak asing ditelinga kita. Namun, apakah kamu pernah mendengar istilah “Wisata Gastronomi”?
Meski sama-sama berhubungan dengan makanan, keduanya memiliki arti yang berbeda, lho
Gastronomi adalah ilmu mengenai Hubungan antara Makanan dengan Budayanya, sedangkan kuliner lebih berfokus pada makanannya, mulai dari proses pembuatan hingga estetikanya.
Kesimpulan Utama adalah
Gastronomi adalah Ilmu Seni Hubungan Makanan dan Budayanya.
Sedangkan Bambu Tabah
Gigantochloa Nigrociliata, Kita SUNGGUH, membutuhkan dan mengenal sosok Penggagas, Peneliti dan Pejuang serta Penemu Hasil Hasil Riset Rebung Bambu dan Bambu Tabah alias di dalam Seni Budaya Adat Tradisi Bali, dengan sebutan Bambu Tiying Tabah,
Perihal bibit tanaman, tanaman Bambu Tabah dan Rebung Bambu Tabah, yang sudah Kita kenal dan bersama sama dengan I Wayan Balok Suardana, Beliau Pande Ketut Diah Kencana, sudah melakukan sosialisasi dan aplikasi pendidikan serta penghijauan di TARO PATAS GIANYAR, sejak tahun 2012.
Nah, sudah saatnya,sekarang lah waktunya Kita Kupas dan Bangkitkan kemBALI POTENSinya, siapa kah beliau beserta hasil riset dan kajian Beliau tentang Rebung Bambu Tabah.
Pande Ketut Diah Kencana, Penggali Keistimewaan Rebung Bambu dan Bambu Tabah
Pande Ketut Diah Kencana selama puluhan tahun meneliti, melestarikan dan mengembangkan rebung bambu tabah untuk bahan pangan.
Pengabdiannya itu membuahkan penghargaan Kehati Award 2020 untuk Diah.
Pande Ketut Diah Kencana menerima penghargaan Kehati Awards 2020 untuk pengabdiannya dalam melestarikan rebung bambu tabah sebagai bahan pangan.
Dibandingkan jenis tanaman lain, kegiatan pelestarian dan pengembangan rebung bambu di Indonesia tergolong minim. Padahal, beberapa jenis lokal seperti bambu tabah yang memiliki nilai ekonomi tinggi kini hampir punah, jika Kita tidak segera sadar dan bangkit kesadarannya atas Potensi Besar di Dalam Rebung Bambu Tabah.
Kondisi tersebut membuat Pande Ketut Diah Kencana (62) mendedikasikan lebih dari separuh usianya saat ini untuk melestarikan dan mengembangkan rebung bambu dan bambu tabah hingga memberikan dampak sosial ekonomi bagi masyarakat lokal.
Pande Ketut Diah Kencana atau akrab disapa Diah ini menceritakan bahwa penelitian tentang bambu mulai fokus dilakukan saat ia menyelesaikan studi magisternya di Institut Pertanian Bogor (IPB) pada 1992 silam. Saat itu, ia mengambil penelitian terkait pengaruh umur simpan dan bagian potongan pada dua jenis rebung bambu tabah terhadap kualitas rebung kalengan.
Sehingga Potensi Bambu Tabah dan Rebung Bambu Tabah, dalam ketersediaan Bibit Bambu Tabah, Rebung Bambu Tabah dan Ketersediaan Hasil Olahan Segar serta Hasil Olahan Kemasan Rebung Bambu Tabah di Moringa Holiday TARO PATAS Gianyar Bali , SUDAH menjadi memiliki dasar dasar Seni Budaya Adat Tradisi yang kokoh dan Riset Kajian yang sungguh mendalam serta memiliki Prospek Teknologi SOSIAL EKONOMI BUDAYA LINGKUNGAN, beserta segala aspek potensial positif yang terkandung di dalamnya, yang sangat cerah dan sungguh sungguh menggambarkan kepastian kecermalangan di massa yang akan datang.
Penulis : Guntur Bisowarno
Editor : Kadek Dongker