Wartaindonews, SRAGEN – Untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT, ratusan Persit Kartika Chandra Kirana Cab XLVI Kodim 0725/Sragen menggelar pengajian rutin pada bulan ramadhan bertempat di Masjid Nurul Huda Jln Raya Sukowati No. 13 Sine. Kamis (23/5/2019).
Dalam sambutanya Ketua Persit Kartika Chandra Kirana Cab XLVI Ny. Luluk Setyanto mengharapkan kepada Ibu-ibu Persit hendaknya pengajian yang dilaksanakan ini bukan semata-mata untuk mengisi kegiatan, ataupun karena akan dibagikannya uang tabungan saja, namun untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita guna membekali diri kita, terutama dalam menjalani kehidupan berumah tangga.
“Selain itu, kegiatan ini dilaksanakan dengan tujuan untuk menjalin hubungan silaturahmi antar Ibu-ibu Persit Kartika Chandra Kirana jajaran Kodim 0725/Sragen,” ucap Ny. Luluk.
Pelda Ahmad Agus dalam ceramahnya menjelaskan bahwa Ibadah puasa adalah ibadah yang paling personal. Disebut demikian karena hanya diri orang yang berpuasa tersebut dan Allah saja yang tahu tentang kualitas pelaksanaan dan keabsahannya. Karena itu esensi pahala puasa terletak pada motivasi orang yang menjalaninya.
Motivasi orang berpuasa sangatlah beragam, bergantung pada pemahaman dan kesadaran seseorang akan hakikat sebuah kewajiban (ibadah) dan kultur masyarakat yang membesarkan orang tersebut.
Motivasi puasa yang benar akan memberikan kontribusi berharga bagi kemanusiaan. Sebaliknya, motivasi puasa yang salah hanya akan melahirkan ironi moral dan sosial dalam sebuah masyarakat.
Berpuasa ikhlas, Orang yang berpuasa dengan ikhlas, semata-mata karena kecintaan kepada Allah, dia tidak pernah risau dengan hasil (keuntungan atau kerugian) dari ritual tersebut. Karena dia berpuasa dengan ikhlas maka dia tidak butuh pujian dan tidak berharap imbalan melalui puasanya. Dia menjalani puasa dengan suka cita tidak akan termakan oleh hasutan dan godaan.
“Bagi orang yang berpuasa dengan ikhlas disertai kesadaran spiritual yang mendalam, tidak ada yang dapat menjadi penghalang maupun pemerkuat hubungan spiritual dirinya dengan Allah melalui puasanya selain dirinya sendiri,“ ujarnya.
Pujian orang, bagi orang yang berpuasa ikhlas bukanlah, dan tidak harus dipandang sebagai, penambah energi (semangat) untuk menggapai ridho illahi, melainkan justru sebagai racun yang bisa menumbuhkan sifat riya’.
Sebaliknya juga, polah tingkah orang yang seringkali dianggap menodai kesucian Ramadhan dengan merokok, makan, dan minum di hadapan dirinya tidak akan dipandangnya sebagai pelecehan/penghinaan terhadap orang sedang berpuasa. Dia justru akan merasa lebih senang karena mendapat media latihan yang luar biasa menguntungkannya secara spiritual.
“Karenanya, orang yang berpuasa dengan ikhlas tidak akan pernah melakukan protes atau sweeping warung-warung penjual makanan. Baginya kehormatan dari manusia bukanlah tujuannya berpuasa, melainkan ridho Allah,“ pungkas Ahmad Agus. (Red/heri)
Comment