by

PECUNIA NON OLET

-Artikel-787 views

Kenalkah Anda ungkapan berbahasa Latin ini? ‘PECUNIA NON OLET’ artinya ‘Uang itu tidak pernah bau’, maksudnya ‘Siapa pun suka pada uang’. Ya uang, lagi-lagi uang. Uang dibutuhkan oleh setiap orang. Uang adalah sarana pokok untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Agar kita bisa tetap hidup, kita perlu makan dan minum. Untuk memenuhinya dibutuhkan uang. Kita butuh tempat berteduh atau rumah, dibutuhkan uang untuk membangunnya. Supaya kita bisa hidup sehat, kita butuh uang untuk kontrol rutin demi kesehatan kita. Apalagi kalau kita sakit, kita pasti ingin sehat kembali atau bahkan cepat sehat kembali. Kita tidak mau berlama-lama sakit. Kita butuh uang untuk biaya perawatan sakit. Berapa pun uang yang kita keluarkan demi kembalinya kesehatan kita rela melepaskannya. Supaya kita mempunyai bekal hidup ke depan, kita mesti belajar bisa jadi dari PAUD-TK-SD-SMP-SMA-PT. Ini semua butuh uang. ‘Jer Basuki Mawa Bea’ bunyi semboyan Provinsi Jawa Timur yang artinya ‘Segala hal butuh uang’ atau kalau dengan uraian yang lebih rinci ‘Untuk selamat, beruntung, dan mulia butuh biaya, pengorbanan dan kerja keras’. Uang mutlak kita butuhkan. Karena uang mutlak kita butuhkan, kita perlu mendapatkannya. Untuk mendapatkannya, kita harus bekerja, untuk mencukupi atau memenuhi kebutuhan keluarga dan tidak menjadi beban orang lain. Ternyata bekerja adalah perintah Yesus sendiri. Dan Yesus sendiri adalah pribadi pekerja, bukan pribadi yang nganggur atau berpangku tangan saja. Lihat Kitab Suci! Tuhan Yesus berkata: ‘BapaKu bekerja sampai sekarang, maka Aku pun bekerja juga’ (Yohanes 5:17). Secara eksplisit Tuhan telah memberikan teladan kepada kita dan sekaligus sebagai perintah agar kita juga turut bekerja dan berkarya. Paulus adalah tokoh lain yang menegur dengan sangat keras jika ada orang percaya yang bermalas-malasan dan tidak mau bekerja: ‘Jika seorang tidak mau bekerja, janganlah dia makan!’. Paulus tidak asal bicara namun juga memberi contoh bagaimana dia bekerja membuat kemah untuk menyokong kehidupannya (baca Kisah Para Rasul 18:3).

Memandang cara bekerja orang di jaman modern.
Bekerja pada dasarnya adalah mencari uang. Nampaknya di jaman now ini, bisa dikatakan ada dua kelompok orang pekerja. Kelompok yang pertama, orang bekerja dengan motivasi untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Kalau sasaran ini tercapai, orang ini sudah senang. Dia bersyukur atas perolehannya. Meskipun dia punya waktu luang dan bisa untuk mencari tambahan penghasilan, dia tidak memanfaatkannya. Dia memanfaatkan waktu yang diberikan oleh Tuhan tidak hanya untuk bekerja demi uang tetapi juga untuk menyentuh aspek lain kehidupan. Untuk bersosial kemasyarakatan, untuk berkoinonia (berkumpul dengan umat seiman di lingkungan, wilayah, paroki), untuk mengembangkan hobi, rekreasi, dll. Pendeknya hidup yang seimbang dan sehat.

Kelompok yang kedua adalah orang yang bekerja dengan motivasi untuk mencari uang sebanyak mungkin. Tentu kebutuhan keluarga sudah termasuk. Orang dalam kelompok ini, memanfaatkan setiap kesempatan untuk mendapatkan uang. Bagi orang kelompok ini ‘time is money’. Dia biasanya adalah orang yang super sibuk. Orang yang berorientasi uang ‘money oriented’ begitu bangun, pikirannya ‘uang’. Dia akan cepat bangun pagi dan pergi untuk bekerja mencari uang. Dia bisa bekerja dengan memakai ‘kacamata kuda’ agar pandangannya hanya lurus ke depan dan yang nampak hanya ‘uang’. Aspek-aspek kehidupan yang lain tidak tersentuh atau tidak terlihat. Dia bekerja dari pagi-pagi benar sampai larut malam. Dia punya uang banyak. Namun orang yang demikian akan kehilangan hal-hal lain di luar uang. Berapa banyak anak atau isteri yang jadi korban karena ditinggalkan setiap hari sehingga anak atau isteri tak terperhatikan. Tidak sedikit anak yang hidupnya menjadi liar. Untuk membunuh kesepiannya (apalagi kalau suami-isteri keduanya bekerja), anak mencari hiburan yang bisa jadi tidak sehat. Anak bisa betul-betul liar karena tak terkontrol. Itu baru anak. Aspek lain bersosial kemasyarakatan, hidup menggereja tidak tersentuh juga. (Tidak semua orang). Ada juga orang yang ‘money oriented’ yang punya banyak uang tetapi hidupnya gersang. Mereka mengeluh capai, jenuh, bosan. Lalu apa artinya ‘uang’ yang dicarinya dengan gigih itu? Bekerja itu wajib, tetapi hendaknya tahu batas kemampuan diri. Menjadi kaya tentu tidak dilarang tetapi hendaknya bijak bagaimana bekerja. Tahu batas dan halal, tidak merugikan atau merampas hak orang lain seperti korupsi.

Uang sumber kesenangan atau sumber kecemasan?
Ada juga orang yang usahanya sebagai wirausaha sukses besar. Orang ini kaya raya. Dengan uangnya, dia bisa melakukan apa saja. Mulai dari melebarkan usaha dengan bisnis yang bermacam-macam. Berwisata ke luar negeri. Menyekolahkan anak-anaknya di luar negeri. Merawat kesehatannya pun, dia pergi ke luar negeri. Namun ironisnya ada satu hal yang dia tidak bisa menikmati dengan baik, yaitu ‘tidur’. Orang ini tidak bisa tidur nyenyak karena pikirannya ada pada kekayaannya yang luar biasa. Ini selaras dengan Lukas 12:34 ‘Karena dimana hartamu berada, di situ juga hatimu berada!’. Untuk bisa tidur orang seperti ini biasanya di masase atau di pijat atau mengkonsumsi obat penenang atau obat tidur.

Untuk menjawab pertanyaan: ‘Uang sumber kesenangan atau sumber kecemasan?’ kita masing-masing yang bisa menjawabnya. Yang jelas memang ‘Siapa pun suka pada uang’. ‘PECUNIA NON OLET’.

 

Penulis: Ph. Ispriyanto

Kontributor

Comment

Leave a Reply