by

NEW YEAR’S RESOLUTION

-Artikel-746 views

Socrates, salah satu filosof kesohor Yunani pernah berkata: ‘Hidup yang tidak pernah dikaji adalah hidup yang tidak pantas dihidupi’. Mungkin ada orang yang bertanya mengapa hidup harus dikaji. Kok repot-repot amat. Hidup dijalani saja, mengalir saja kan cukup. Memang hidup harus dijalani namun hidup yang tidak pernah dikaji dan hanya menggelinding saja tentu akan berbeda dengan hidup yang dikaji, dievaluasi kemudian diperbaiki. Hidup akan menjadi lebih baik dan bermakna. Hidup sebagai anugerah Tuhan yang paling berharga bagi umat manusia, tentu harus disyukuri dan dimaknai. Hidup jangan disia-siakan. Mengkaji hidup mestinya dilakukan terus menerus. Namun ada momen-momen istimewa yang untuk mengkaji hidup, seperti perubahan tahun. Tahun baru merupakan saat yang baik sekali untuk mengkaji hidup, dengan cara mengevaluasi hidup yang sudah dijalani selama setahun.

Setelah dievaluasi, orang bisa melihat hasilnya. Apakah program setahun itu ada yang berhasil? Apakah ada yang tidak terealisir? Faktor apa yang membuat berhasil? Faktor apa yang membuat tidak terealisir? Berangkat dari temuan ini, orang bisa memasuki tahun baru dengan membuat ‘New Year’s Resolution’ alias Resolusi Tahun Baru.

Apa itu Resolusi? Resolusi adalah satu rencana atau keputusan atau komitmen untuk mencapai sesuatu di masa depan. Dengan kata lain bisa dikatakan ketetapan diri untuk menjadi lebih baik. Jadi sekali lagi tujuan resolusi adalah untuk menciptakan hidup yang lebih baik dengan arah yang jelas. Bidang yang bisa dijadikan sasaran pembuatan resolusi bisa beraneka ragam, misalnya: gaya hidup, karakter relasi, keuangan, kesehatan, dll. Mari kita ambil contoh resolusi dalam bidang keuangan. Ada seorang bapak yang penghasilan per bulannya lima juta rupiah. Pengeluaran keluarga bapak ini sebulan rata-rata juga lima juta rupiah. Nah dalam kondisi pandemi corona ini, tempat kerjanya mengurangi jam kerja. Bapak ini sekarang kerjanya hanya setengah bulan, dengan konsekuensi penghasilannya berkurang separo, berarti hanya menerima dua setengah juta. Lalu bagaimana atau apa yang mesti dilakukan bapak ini agar kebutuhan keluarga sebanyak lima juta rupiah ini bisa terpenuhi? Tentu harus ada sumber penghasilan lain. Maka bapak ini berusaha mencari pekerjaan sampingan. Tetapi mencari pekerjaan di saat pandemi covid 19 tidak mudah karena banyak perusahaan mengurangi tenaga kerja bahkan terjadi PHK. Lalu bagaimana cara atau jalan terhadap masalah keuangan ini? Nah bapak ini bisa berembug bersama isterinya untuk mencari jalan. Misalnya dengan meminta isteri untuk berjualan makanan. Akhirnya isteri bersedia demi menyelamatkan keuangan. Nah disini suami isteri bersama telah membuat resolusi. Isteri menjual makanan.

Saya sendiri mempunyai pengalaman membuat resolusi tahun baru yang mengesankan pada waktu saya masih aktif menjadi guru. Waktu itu, saya membuat resolusi dalam hal relasi. Ceritanya begini: Pada awal menjadi seorang guru, saya masih sangat muda. Usia saya baru 23 (dua puluh tiga) tahun. Sekolah dimana saya mengajar adalah sekolah khusus cowok. Jadi semua cowok dan nakal-nakal. Konon pada waktu datang ke sekolah tersebut, sekolah mengalami kevakuman guru bahasa Inggris. Dari info yang saya terima, guru-guru bahasa Inggris sebelum saya pada tidak kerasan dan tidak tahan menghadapi siswa nakal dengan ulahnya. Ada yang hanya bertahan dalam hitungan bulan. Ada yang bertahan dalam hitungan minggu. Mendengar masukan dan info seperti itu, saya berpikir waduh saya akan bertahan berapa lama ya? Tetapi saya waktu di SMA di Yogya juga sekolah di sekolah khusus cowok yaitu Kolese De Britto. Jadi saya bisa membayangkan situasinya seperti apa. Saya menjadi mantap dan tak gentar menghadapi siswa-siswa. Untuk menanamkan kewibawaan, saya berlagak sok wibawa dengan istilah lain disebut ‘killer’. Siswa berani main-main atau mengganggu pasti akan saya hukum dengan hukuman yang berat. Dengan cara ini kewibawaan saya terjaga. Apa yang saya lakukan pokoknya saya mengajar dan menjaga jarak untuk tidak dekat dengan para siswa. Dengan cara itu, memang saya bisa bertahan. Tetapi tidak ada relasi dengan para siswa. Dan para siswa pun enggan mendekati saya. Situasinya kaku dan tidak nyaman. Akhirnya saya memutuskan untuk mengubah gaya atau pola saya dalam mengajar. Saya ingin tetap dihormati oleh para siswa, namun juga dekat dengan mereka. Akhirnya pada pergantian tahun baru, saya memutuskan untuk membuat resolusi tahun baru, yaitu dalam bidang relasi dengan para siswa.

Saya semakin mantap untuk menjalani relasi yang dekat atau akrab dengan para siswa setelah membaca buku yang berjudul ‘Intimacy’ tulisan Robert Brown. Buku tersebut berisi 13 (tiga belas) langkah untuk membangun relasi yang intim. Berbekal apa yang saya peroleh dari buku tersebut, saya berproses. Hasilnya luar biasa. Saya menjadi dekat, bahkan sangat dekat dengan siswa-siswa saya. Saya mengalami transformasi diri.

Pernah pada suatu reuni, duduk di sebelah kiri saya, siswa-siswa angkatan lama. Di sebelah kanan saya, duduk siswa-siswa angkatan baru. Terjadi suatu percakapan. Angkatan baru bertanya kepada angkatan lama: ‘Menurut kalian, pak Is itu orangnya bagaimana sih?’. Jawabannya: ‘Pak Is? Ih…‘killer’. Kemudian angkatan baru ingin meyakinkan kebenarannya. ‘Betul, pak Is?’. Saya menjawab: ‘Betul’. Angkatan baru menampakkan ekpresi ketidakpercayaan. Kemudian angkatan lama ganti bertanya: ‘Menurut kalian, pak Is itu orangnya seperti apa?’. Jawabannya: ‘Oh… baik, dekat dengan murid’. Angkatan lama ingin meyakinkan kebenarannya dan bertanya kepada saya: ‘Betul, pak Is?’. Saya mejawab: ‘Betul’. Lalu kedua angkatan ini berkomentar: ‘Lho, yang benar itu yang mana to, pak Is?’. Keduanya benar. Lalu saya menjelaskan. Di depan saya ada sebuah meja terbuat dari kayu. Meja ini sejak dulu hingga sekarang sama. Tidak mengalami perubahan karena meja ini benda mati. Saya manusia, mempunyai pikiran dan hati. Saya bisa berubah. Maka keduanya benar. Dulu saya ‘killer’, sekarang saya ‘lembut’. Lalu mereka berkomentar: ‘Oh…begitu’.

Inilah buah resolusi yang saya buat pada saat pergantian tahun baru.
‘NEW YEAR’S RESOLUTION’.

 

Penulis: Ph. Ispriyanto

Kontributor

Comment

Leave a Reply