Apa itu stres? Stres adalah cara tubuh, pikiran dan perasaan menanggapi tantangan, ancaman, tekanan yang harus menyesuaikan dengan perubahan. Semua orang tidak ada yang luput dari stres. Semua orang mengalami stres. Stres itu wajar selama tidak berkepanjangan dan porsinya tidak berlebihan.
Apakah stres itu jelek? Ada dua macam stres.
- Eustres.
Eustres adalah bentuk stres yang justru positif, mempunyai nilai membangun. Contohnya, mahasiswa yang akan menghadapi ujian. Dia akan mengalami stres. Tetapi stres ini justru membuat mahasiswa ini belajar lebih serius untuk menghadapi ujian.
- Distres.
Distres adalah bentuk stres yang bersifat negatif. Distres sifatnya merusak. Contohnya, seorang cewek yang ditinggalkan oleh cowoknya, padahal mereka sudah cukup lama berpacaran. Lalu cewek itu kecewa, sedih, marah berkepanjangan dan meratapi keadaannya dan menutup diri terhadap cowok yang mendekatinya. Bahkan sampai hampir bunuh diri.
Dari manakah datangnya stres? Ada dua sumber stres.
- Stres yang datang dari dalam pikiran sendiri alias internal, contohnya:
- Bosan harus di rumah saja seperti sekarang ini karena pandemi covid 19. Tidak semua orang bosan harus tinggal di rumah saja. Tergantung bagaimana kita menyikapinya.
- Banyak energi harus menyelesaikan ini itu. Contoh, pengusaha yang mempunyai beberapa perusahaan. Dia banyak mengurusi perusahaannya. Di tempat kerja mengurusi karyawan, di rumah mengurusi anak-anak.
- Harapan yang tidak tercapai. Cita-cita ingin menjadi dokter tetapi tidak bisa.
- Konflik peran. Misalnya: kaum wanita. Mereka harus berperan sebagai ibu, isteri dan karyawati.
- Konflik nilai. Misalnya: norma umum dalam masyarakat. Orang muda harus menghormati orang yang lebih tua. Tetapi justru orang yang lebih tua menyebalkan, terlalu banyak tuntutan yang tidak rasional, kesannya mengada-ada.
- Stres yang datang dari luar alias eksternal.
- Dalam situasi pandemi ini, kita banyak sekali mendengar berita duka. Setiap hari mendengar berita duka, bahkan diantara mereka mungkin saudara, sahabat, teman kita. Supaya bisa mengurangi kesedihan dan stres, sebaiknya kita merelease diri, jangan mendengarkan berita.
- Kondisi pandemi yang berkepanjangan. Apa yang bisa kita lakukan paling-paling ya menjalankan prokes.
- Tekanan dari perubahan yang terjadi. Misalnya: transaksi bisnis, jual beli secara digital.
Gejala-gejala stres yang dapat diamati.
- Fisik: nafsu makan berubah. Ada yang maunya makan terus atau sebaliknya tidak mau makan. Demikian pula dengan tidur. Ada yang maunya tidur terus, sebaliknya ada yang tidak bisa tidur. Menyendiri, menghindari bertemu orang.
- Pikiran: mudah lupa, tidak berkonsentrasi, sulit mengambil keputusan.
- Perasaan: gelisah, tidak tenang, frustasi.
- Bisa juga muncul respon psikosomatis:
– menahan nafas pada saat tertekan,
– tekanan darah meningkat.
– sakit kepala, sakit perut, nyeri otot.
– insomnia alias tidak bisa tidur.
Bagaimana menangani stres?
Fokus pada apa yang bisa dikendalikan. Apa yang dapat dikendalikan?
- Stres datang dari pikiran yang merasa terancam karena imajinasi kita tentang sesuatu.
- Kenali pikiran otomatis yang muncul.
- Buat penalaran terhadap pikiran-pikiran tersebut.
- Perasaan apa yang muncul? Bagaimana cara memproses perasaan?
- Bagaimana cara merespon stres terhadap diri sendiri atau cara memperlakukan diri sendiri?
- Ekspresi apa yang muncul? Panik, agresif, freez alias tidak mau apa-apa, melarikan diri.
Area yang tidak dapat dikendalikan.
- Paling yang bisa kita lakukan membantu dengan mentaati prokes.
- Perkataan orang lain.
- Perilaku orang lain.
- Musibah alam atau cuaca.
Berbicara mengenai stres, sebenarnya kita diperlengkapi dengan sistem pertahanan yang luar biasa dari Tuhan. Stres dapat diilustrasikan karet gelang. Karet gelang yang ditarik terlalu lama akan putus. Kitalah yang bisa mengenali batasnya.
Ada kiat-kiat yang bisa kita gunakan untuk mengatasi stres.
- Membuat jadwal kegiatan. Lakukan kegiatan yang disukai dan mampu dilakukan.
- Bangun tidur, makan pada jam seharusnya.
- Jadwalkan kegiatan fisik atau olah raga sesuai dengan kondisi.
Stres perlu dihadapi dan diselesaikan. Ada beberapa macam respon orang dalam menghadapi dan menyelesaikan stres. Ada orang yang lari dari masalah, percaya kalau stres telah dapat diatasi. Ada orang yang merasa nyaman dengan memperhatikan kondisi stres karena menikmatinya. Ada orang yang bertindak dengan melakukan sesuatu. Sebagai orang beriman, kita bisa mencari penghiburan untuk mengatasi stres, kekhawatiran, kecemasan dan ketakutan. Kita bisa menemukan pada Kitab Suci. ‘Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur’ (Filipi 4 : 6).
Mengakhiri tulisan ini: ‘Masalah selama kita hidup selalu ada. Yang penting kita kelola sehingga tidak membuat distres, tetapi justru menjadi eustres. Dengan demikian masalah justru membuat kita berkembang’. Semoga.
Penulis: Ph. Ispriyanto.