Makna Dibalik Nama “Sekartaji” Alias “Candra Kirana”

Artikel, Budaya, Sejarah11,615 views

Wartaindonews, Malang – Menuju Festival Panji Nusantara 2019.

A. Makna Sebutan “Dewi Sekartaji”

Aloysius Riyanto (1943-1994), yakni seorang komposer dan penyanyi Indonesia ternama, banyak menciptakan lagu populer bagi grupnya “Favourite Group” maupun penyanyi-penyanyi populer seperti Tetty Kadi, Grace Simon, Rafika Duri, Dian Mayasari, Andi Mariem Matalatta, Hetty Koes Endang, Titiek Puspa, Jamal Mirdad, Emilia Contessa, Dessy Fitri, Broery Pesolima, dsb. Pada tahun 1966, musisi yang adalah putra dari dosen “Teori Musik” pada SAM (Sekolah Akademi Musik) di Yogyakarta ini menciptakan lagu berjudul “Mawar Berduri”, yang dinyanyikan oleh Tetty Kadi. Berikut dua bait awal dari syair lagunya.

Tertuliskah kisah tentang bunga mawar
Ditengah belukar yang penuh dengan duri
Semerbak harumnya yang tiada tara
Siapapun ingin memetik bunga itu

Banyaklah kumbang datang
Ingin menghisap madunya …
Aduh sayang …
Banyak kumbang yang mati
Karena tertusuk duri …
Aduh sayang …

Menarik untuk dicermati judul dari lagu itu, yakni “mawar berduri”. Bunga yang di dalam bahasa Inggris disebut “rose” ini, merupakan lambang dari “duri cinta”. Unsur “duri” dari perlambang tersebut sesuai dengan ciri botanisnya, yang memiliki duri-duri di tangkainya – yang meski kecil namun kokoh. Setiap bagian bunganya begitu mantap dan teguh. Bunganya beraroma harum, dengan kelopak-kelopak tertata dan banyak itu, lantaran tangkainya berduri, maka menjadi tidak mudah dijangkau oleh para penyunting. Bentuknya indah dan baunya semerbak harum, sehingga begitu mempesona terhadap pria ataupun wanita Pesona mawar begitu menggoda. Banyak lah orang tergoda untuk menetiknya. Lantaran berduri, musti berhati-hati memetiknya, karena bisa melukai Duri-durinya itulah yang menjadikan romantisme dan tegas warna dari mawar sebagai pesona yang tidak mudah diraih. Tidak bisa sembarang diambil bila tak ingin tertusuk olleh durinya.

Bunga mawar dipersembahkan untuk ragam acara, baik acara suka cita ataupun duka cita. Warna-warna bunga pada mawar memiliki makna, yang berdasarkan makna itu bunga mawar digunakan untuk bermacam keperluan. Mawar merah bermakna perasaan cinta. Suatu simbol universal cinta sejati. Mawar kuning mengandung makna persahabatan dan kegembiraan, karenanya acap dipersembahkan sebagai bentuk apresiasi terhadap seseorang. Mawar warna lavender memiliki arti kemuliaan dan lambang cinta pada pandangan pertama. Mawar merah muda bermakna kebahagiaan dan rasa syukur, serta lambang cinta yang manis dan romantis. Adapun mawar putih memiliki makna kemurnian, penghormatan dan simpati. Bunga mawar putih biasanya digunakan dalam upacara pernikahan, sebagai lambang persatuan dua insan, kebijakan, dan kemurnian dalam cinta. Pada suasana lain, mawar putih diberikan saat keadaan berkabung, sebagai ekspresi simbolik penghormatan kepada seseorang yang telah tiada. Warna-warna dari bunga mawar dengan demian memiliki sarat makna.

Simbolisasi mawar kiranya bukan sebatas pada masa sekarang. Pada masa lalu pun, mawar telah dijadian simbol bagi sesuatu. Diantaranya adalah simbol mengenai perempuan yang cantik (sulisyo wanodyo, ahayu stri). Perempuan ayu yang mampu menjaga diri agar kecantikannya tidak justru mengundang animo sembarang orang untuk menyuntingnya. Kecantikannya yang membawa pesona, lewat penjagaan diri itu dapat menghindarkannya dari “si kumbang jati” yang sekedar datang untuk menghisap madunya, lantas dikesampingkan begitu sepah kandungan madunya. Perangkat pelindung dirinya itu adalah duri, yang bentuknya seperti taji (jalu) pada kaki ayam jantan (jago). Mawar merupakan bunga (kembang, sekar) mempesona, yang tangkainya berduri (bertaji). Oleh karena itu, sekar ,(bunga) yang bertaji — baca “sekartaji” — menunjuk pada perempuan cantik mempesona yang mampu melindungi dirinya Sebutan “Sekartaji” dalam kisah-kisah Panji menjadi nama alias bagi Dewi Candra Kirana, yakni putri raja Kadiri, kekasih Panji Asmorobangun. Pesona romatis Sekartaji mampu bangunkan (mengobarkan) api asmara (smaradahana) bagi Sang Panji — Smaradahana adalah kakawin yang ditulis era pemerintahan raja Kadiri yang unsur nama sebutannya juga bermakna “cinta atau asmara (smara)”, yakni “Kameswara (kama + uwara, kata “kama” yang menunjuk kepada Dewa Kama adalah Dewa Cinta).

Pesonanya yang mengundang minat banyak ksatria untuk menyuntingnya tergambar pada kisah tentang “swayambhara” mendapatkan suntingan Dewi Sanggalangit — nama alias bagi Dewi Sekartaji (Candra Kirana), yakni puitri raja Kadiri — dalam kisah tentang tokoh “Kelana Sewandono” pada senii pertunjukan bermuatan kisah Panji, yakni Reyog Ponorogo. Dikisahkan bahwa Kelono Sewandono adalah seorang ksatria (masuk kategori “panji”) yang berasal dari kerajaan Bantar Angin. Boleh jadi, kerajaan ini adalah apa yang di dalam kisah-kisah Panji lainnya dinamai kerajaan ” Urawan (Ngurawan)”, yang tinggalan arkeoligisnya kedapatan di areal antara Madiun-Ponorogo. Dewii Sangga Langit yang alias Sekartaji itu berhasil dipersunting oleh Sang.Panji Kelono Sewandono di dalam suatu swayambhara yang pelik.

Kontributor

Leave a Reply