by

Lone Wolf

-Artikel-1,497 views

Wartaindonews – Terorisme pada masa sekarang sudah berubah bentuk. Mereka sudah tidak perlu lagi terafiliasi dengan jaringan teroris yang sudah mapan seperti Alqaeda dan ISIS. Terorisme adalah sebuah ideologi yang bisa berkembang dalam jaringan apapun, dimanapun.

Internet adalah salah satu media efektif pembelajaran dan pengembangan ideologi terorisme. Di internet banyak anak muda yang tercuci otaknya dan belajar sendirian bagaimana cara merangkai bom bunuh diri. Sudah tidak perlu lagi ke Suriah atau Afghanistan untuk menjadi seorang teroris, di rumah saja bisa dengan bahan-bahan yang mudah didapatkan di luar.

Mereka ini disebut sebagai Lone Wolf, atau Serigala Tunggal. Disebut begitu karena mereka memang sendirian dalam mencapai cita-citanya masuk surga dengan mengorbankan nyawa orang. Tidak ada yang memerintah, mereka terinspirasi saja.

Ingat peristiwa Mako Brimob, saat para teroris di dalam sel membunuhi para polisi? Di luar komplek Mako, para lone wolf yang tergerak sibuk mengincar polisi dengan cara menusuk dan menggorok leher mereka. Bom sudah bukan lagi opsi, tapi gunakan benda apa saja sebagai senjata. Bisa obeng bahkan pisau dapur sekalipun.

Situasi yang sama diperkirakan akan terjadi di tanggal 22 Mei, saat pengumuman hasil Pemilu.

Para Lone Wolf ini tergerak untuk mengacaukan suasana saat banyak orang berkumpul. Target utama mereka adalah polisi atau TNI. Tapi tidak tertutup kemungkinan masyarakat biasa yang berkumpul karena dicurigai sebagai intel akan mereka jadikan sasaran.

Bisa dibayangkan, ketika kita sibuk berkumpul bersama orang demo, tiba-tiba dari belakang ada yang menusuk perut kita atau menggorok leher kita.

Itulah kenapa polisi berkali-kali mengabarkan untuk tidak mengadakan demo tanggal 22 Mei.

Jika dari kelompok teroris JAD, polisi sudah berhasil menyisir dan menangkap anggota-anggotanya, tetapi dari Lone Wolf ini sulit, karena mereka tidak terdeteksi dan terikat jaringan apapun. Mereka bisa saja menyamar menjadi penjaja keliling bahkan peserta demo sambil mengincar leher mana yang harus dirobek saat itu.

Sungguh tidak layak nyawa harus dikorbankan karena membela hasil Pilpres yang hanya menguntungkan elit saja. Mereka yang senang jika menang, yang jelata mah tetap jelata tanpa ada perlindungan.

Tanggal 22 Mei lebih baik hindari pusat keramaian, apalagi disekitar KPU dan Bawaslu. Bukan demonya yang ditakutkan, tetapi aksi teroris itu yang harus dihindarkan.

Kasihan keluarga dirumah. Jangan sampai mereka nanti mendengar kabar jika suami, istri, anak atau saudara yang demo ikut-ikutan, pulang hanya tinggal nama. Jangan pertaruhkan masa depan hanya untuk membela yang tidak layak untuk dibela mati-matian.

 

Denny Siregar

Kontributor

Comment

Leave a Reply