Wartaindonews, Malang – Kesenian yang paling khas di Malang Raya adalah Topeng Malang yang sudah lama ada sejak akhir kejayaan Raja Kertanegara Singosari sampai Hayam Wuruk Mojopahit. Dan kini perkembangan Topeng Malang setidaknya bisa di pilah dalam tiga gagrak yaitu Gagrak Semeru, Kawi dan Arjuno
Penyebaran Topeng Malang di kaki Gunung Semeru sejak Bupati Malang Adipati Aryo Adiningrat IV memerintahkan seluruh lurah menghidupkan kembali kesenian Topeng Malang. Sehingga di tahun 1885 sampai tahun 1935 membuat Ki Tjondro Suwono (Mbah Reni) pegawai rendahan Bupati Malang yang pandai membuat topeng, menari dan menjadi dalang wayang topeng Malang di perintahkan melakukan penyebaran topeng
Seiring dengan kepindahan Mbah Reni dari Polowijen ke Jabung karena menikah lagi dan kemudin topeng berkembang di Desa Jabung Kemantren dan Argosari. Selain itu topeng juga menyebar ke Tumpang di diantaranaya di Desa Tulusbesar, Duwet Glagahdowo, sampai ke atas di Desa Dawuhan dan Gubugklakah yang semua berada si Kaki Gunung Semeru sehingga tepat kiranya disebut dengan Topeng Gagrak Semeru
Menurut penuturan Pak Parjo Pengrajin dan Penari topeng generasi ke empat keturunan Mbah Reni yang tinggal di Gedog Argosari Jabung saat di kunjungi waga Kampung Budaya Polowijen Minggu 16 Juni 2019 kemarin beliau menyampaikan ucapan terima kasih kepada para genersi muda di Polowijen sebagai cikal bakal topeng yang mewarisi Mbah Reni untuk uri-uri topeng Malang.
“Dulu para penari topeng berlatih siang malam dan pementasan wayang topeng dalam satu bulan bisa pentas 20 kali, pentasnya mulai jam 9 malam sampai 5 pagi”. Ungkap pak Parjo yang sudah membuat 40 karakter utama Topeng Malang. Sesekali Pak Parjo membetulkan gerakan penari warga KBP yang secara spontanitas 30 orang ronbongan KBP menari bersama si plataran rumahnya sontak warga tetangga ramai dan menonton bersama.
Setelah dari Jabung warga KBP yang juga berkunjung ke pengrajin dan penari Topeng Lyhong Kemantren dan Bu Kades Jabung Anik Sri Hartatik yang juga keturunan Mbah Reni. Acara sonjo Deso yang awbwnarnya adalah Halal Bi Halal ala Warga KBP ke kantong kantong Topeng itu beralih ke Dusun Kemulan Dsaa Tulusbesar Tumpang ke Padepokan Mangun Dharma asihan Ki Soleh Adi Pramana Sang Penari sekaligus Dalang Topeng terbaik saat ini.
Dalam sambutannya di pendopo padepokan Ki Soleh berpesan bahwa topeng Malang bukan sembarang topeng, “Topeng Malang mampu memberikan mengangkat kembali harkat dan martabat identitas dan jati diri bangsa”. Bahwa cerita dalam topeng Malang merepresentasikan kebesaran dan kejayaan nenek moyang kita yang membuat kita bangga dengan budaya kita. Acara juga dimeriahkan dengan meanri bersama kolaborasi dengan penari Padepokan dan main gamelan bersama.
Acara sonjo Deso dalam rangka menelusuri jejak topeng Malang bergeser ke dusun Glagahdowo Desa Pulungdowo Kecamatan Tumpang. Sanggar yang di tuju adalah Sanggar Setyoutomo di bawah pinpinan Cak Ut dan Endang sang guru Tari yang terkenal di Tumpang.
Sewaktu di sanggar warga KBP diperlihatkan bebrapa karya produksi Cak Ut diantara kostum topeng dan perlengkapan topeng lainnya. Saat ramah tamah sedang berlangsung tiba tiba penati KBP menari dan minta di betulkan tari tarian topengnya. Secara spontan Endang juga memperagakan tarian khas Putri Jawi yang di ikuti guru topeng Polowijen Sri Indariyanti
Dalam dialognya Endang menuturkan “proses penciptaan tari topeng tergantung pada cerita dan lakon yang akan dimainkan”. Selain itu falsafah dan nilai nilai yang akan di sampaikan sehingga gerak dan irama gamelan bisa menggambarkan keadaan itu. Disebutkan sampai saat ini tarian topeng untuk satu karakter berbeda beda, dan di Brang Wetan (Gagrak Semeru) gerakannya lebih halus dan lebih lama pentasnya awpweti Gunungsari yang menjadi cirikhas Topeng Malang Gagrak Semeru. (Ki Demang/Ririn SDN)