Wartaindonews, Malang – Kampung budaya polowijen baru saja usai menyelanggarakan Festival Panawijen Djaman Mbiyen. Dabtu-Minggu 9-10 November 2019. Kegiatan selama 2 hari berturut-turut menyita perhatian warga sekitar dan para pelaku ekonomi kreatif kota Malang
Tak Tanggung-tanggung 7 sub sektor ekonomi kreatif diantaranya craft, fashion, seni pertunjukan, kuliner, musik, fotografi dan film mampu di tunjukkan KBP sebagai sebagai kampung budaya berbasis ekonomi kreatif dalam gelaran Festival Panawijen Djaman Mbiyen ke 2 tahun 2019.
Maka tak ayal Ir. Heri Sunarko, M.Si selaku Kabid Ekraf Disbudpar Kota Malang langsung menginspeksi pergerakan ekraf di KBP dan mengkoordinasikan melalui kegiatan fasilitasi Pelaku Ekonomi kreatif untuk menyelenggarakan event festival yang sudah di catatkan di kalender event Kota Malang.
Ki Demang sebagai Penggagas KBP mengatakan ” ekraf di KBP sudah dirintis sejak KBP berdiri dan tentu saja sajian ekrafnya dengan tampilan selalu tradisional dan seperti jadul yang digemari sebagian kalangan masyarakat tertentu, Sehari hari warga sudah menjalankan 6 sub sektor ekraf”, Tegasnya.
Festival yang di gelar selama 2 hari pembukkannya dihadiri oleh Kepala Disbudpar, Barenlitbang, Ketua komisi DPRD Kota Malang, Kapolsek, Danramil dan camat serta OPD, ketua Pokdarwis Kampung tematik, kakang mbakyu dan duta budaya Kota malang dan tokoh masyarakat
Kegiatannya menjadi seru setelah acara di buka Kadisbudpar Ida Ayu Made Wahyuni , SH, M.Si, semua pengujung diajak menari topeng bersama. Acara dilanjutkan dengan tampilan Drama Tari Topeng Gurowongso Adu Jago dari PSTM UM. “KBP itu iconik, tampilan ekraf di kemas seperti jaman tempo dulu” dan selalu ada kejuta kejutan seni petunjukan dari KBP. Ini menarik sehingga kegiatan ekraf ininperlu di kurasi dan di tingkatkan dalam penganggaran. Tegasnya.
Acara berlanjut ke lomba mewarna topeng gerabah diselingi dengan lomba tari topeng anak-anak dan remaja serta mendongen topeng Malang yang di sampaikan oleh Ki Demang. Acaranya menjadi sangat sakral ketika topeng yang di lombakan di warnai itu di kirab ke makan Mbah Reni empu topeng Malang untuk di ikutkan dalam acara sesekaran topeng Malang sedama seniman topeng Makang Raya. Malam harinya dilakukan sarasehan budaya dengan pemutaran film Ken Dedes yg di pandu oleh Arkeolog Malang Dwi Cahyono
Acara tak kalah serunya minggu pagi. Bertepatan dengan Hari Pahlawan dalam rangkaian festival, KBP menyelenggarakan Upacara Hari Pahlawan yang idikuti oleh ratusan mahasiswa dan puluhan warga KBP. Adapun petugas upacara tidak lain adalah warga KBP itu sendiri.
Dalam amanat upacara yg di pimpin inspektur upacara Ki Demang menekankan kepada penghormatan pahlawan dan pejuang kemerdekaan. Bahwa upacara tidak harus di lapangan luas, kantor pemerintahan instansi atau di makam pahlawan. Di sudut gang di kampung bisa juga diselenggarakan.
Selain itu terdapat orasi ilmiah yang disampaikan oleh Ilhamudin Nukman, selaku asisten wakil rektor III UB yang lebih menekankan pada bagaimana cara menjadikan pahlawan sebagai sumber inspirasi dan spirit bagi semua warga negara untuk melanjutkan perjuangan dengan mengisi segudang prestasi yang membanggakan negeri.
Acara menjadi lebih santai ketika dihadapan ratusan peserta festival ada kegiataan Tutorial Berkain dan Berkebaya dari Kumunitas Cinta Berkain Malang Raya. Setelah mengikuti tutorial, maka peserta mengikuti Lomba berkain dan kebaya dan ibarat seperti model semua lenggak lenggok catwalk di panggung KBP dan mendapatkan penjurian dari KCB sambil diselingi dengan lomba tari kreasi.
Festival Panawijen Djaman Mbiyen yang ke 2 ini sangat ramai, hingga mampu menyedot ratusan pengunjung dari luar kota malang karena terdapat pasar minggu legi dan Lomba kuliner, pameran dan Lomba fotografi serta pasar topeng dan seni rupa. Jadi semua sub sektor ekraf di Kampung Budaya Polowijen ini sudah sangay komplit dengan kemasan djaman mbiyen. (Ki Demang)