Karapan Kerbau di Sumbawa Sebagai Rasa Syukur Masyarakat Samawa Akan Tibanya Masa Tanam

Budaya, Nasional1,258 views

Wartaindonews, SUMBAWA – Atraksi karapan kerbau, budaya masyarakat Sumbawa Besar Nusa Tenggara Barat kembali digelar di tanah Samawa, Selasa 3 September 2019.

Acara yang dimulai pada pukul 08:00 WIT tersebut diawali dengan tarian Gentao, yaitu sejenis seni pencak silat kuno di bumi Samawa dan ritual khusus saat Sandro Saka menancapkan Saka dalam arena.

Tampak hadir dalam acara Camat Utir Iwes dan beberapa staf desa setempat, masyarakat sekitar serta wisatawan yang sedang datang berkunjung ke Sumbawa.

Acara karapan kerbau ini biasa disebut barapan kebo oleh masyarakat Sumbawa. Barapan kebo adalah salah satu tradisi budaya yang khas di tanah Samawa (sabalong sama lewa) sebutan lain utk daerah Sumbawa Besar. Konon tradisi ini diadakan pada saat musim tanam tiba sebagai hiburan rakyat dan menjadi ajang adu sakti antara Sandro dengan joki dan pemilik kerbau.

Seiring berjalannya waktu dengan perkembangan dunia pariwisata, tradisi ini terus berkembang hingga sekarang. Bahkan saat ini pemerintah Kabupaten Sumbawa Besar semakin menggalakkan kegiatan ini sebagai suguhan yang menarik untuk disaksikan oleh para wisatawan yg berkunjung ke tanah Samawa.

Para pemilik kerbau dengan antusias mendatangkan kerbau pilihan mereka untuk di tandingkan. Tiap kerbau yang akan menjadi peserta dalam pertandingan ini dibedakan berdasarkan umurnya, mulai dari kelas Tk hingga kelas dewasa, sesuai umur kerbau yang berkisar antara satu tahun hingga lima tahun.

Sepasang kerbau disatukan dengan noga yg menempel dipundak kerbau. Noga adalah kayu yg dipasang dari pundak kerbau yang satu ke kerbau yang lain sehingga menjadi satu dan di ikat dengan tali kekang dileher. Kemudian noga tersebut di hubungkan dengan kareng yang terbuat dari kayu menyerupai segitiga persis seperti huruf A tepat dimana seorang joki berdiri memegang kendali.

Joki dilengkapi dgn mangkar ditangannya sebagai cambuk untuk memukul agar kerbau melaju kencang. Seorang joki harus mampu menjaga keseimbangan agar tidak mudah jatuh dan mengarahkan kerbau aduannya agar bisa mengenai saka (yakni sepotong kayu yang di berdirikan ditengah ujung petak arena sebagai garis finish).

Sebelumnya saka akan ditancapkan oleh Sandro (seorg yg sakti menurut adat masyarakat samawa) dengan dijampi-jampi terlebih dahulu sesuai kesaktian yang dimiliki Sandro, sehingga jarang sekali kerbau aduan bisa mengenakan saka tersebut. Namun jika kerbau bisa mengenai saka dengan kecepatan tercepat maka dialah pemenangnya.

Barapan kebo yang dilaksanakan oleh masyarakat samawa ini bukanlah sekedar ajang unjuk gigi semata dalam mengendalikan kerbau atau mendapatkan hadiah, akan tetapi tradisi ini lebih kepada bentuk rasa syukur pada Tuhan yang Maha Kuasa atas tibanya musim tanam dan menjadi penyambung tali silaturrahmi dalam masyarakat samawa.

“Sebagai putra daerah sudah sepantasnya bagi kita masyarakat Sumbawa Besar menjaga dan melestarikan adat istiadat yg sudah menjadi kekayaan budaya nusantara Indonesia tercinta ini”, tegas Allan berkata pada wartawan Wartaindonews siang tadi. (Andi Ruslan/Tutty F)

Kontributor

Leave a Reply