by

HOME SWEET HOME

-Artikel-915 views

Wartaindonews — Menurut piramida kebutuhan Abraham Maslow, rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar disamping pangan dan sandang. Rumah adalah tempat untuk bernaung/berlindung dari panas dan hujan. Rumah merupakan tempat istirahat untuk membaringkan badan setelah lelah bekerja seharian penuh. Kemanapun orang pergi akhirnya kembali ke rumah juga.

Maka setiap keluarga/orang tentu mendambakan sebuah rumah. Rumah mereka sendiri yang nyaman dan menyenangkan serta pantas sebagai tempat tinggal. Tentu rumah tidak hanya sebagai tempat tinggal. Rumah merupakan tempat tumbuhnya seluruh anggota keluarga. Rumah adalah tempat dimana setiap anggota keluarga mendapatkan perlindungan disaat ketakutan dan kembali mendapatkan semangat baru saat putus asa, tempat dimana setiap anggota keluarga mendapatkan keteguhan disaat sedih dan duka. Rumah adalah tempat berbagi rasa dan kehangatan kasih sayang diantara anggota keluarga. Idealnya rumah itu menjadi tempat tinggal yang mengrasankan bagi seluruh anggota keluarga. Agar setiap anggota keluarga betul-betul bisa krasan, tentu perlu kebutuhan-kebutuhan utamanya dipenuhi. Apa sajakah kebutuhan utama manusia? Manusia diciptakan oleh Allah sungguh sangat sempurna, karena diciptakan sebagai ‘Citra Allah’ sebagai ‘Imago Dei’. Sebagai citra Allah, manusia diciptakan secara lengkap mencakup aspek: fisik, jiwa, roh. Nah, agar semua anggota keluarga krasan tinggal di rumah, ketiga kebutuhan itu harus dipenuhi.

1. Kebutuhan fisik.
Agar orang bisa bertahan hidup, dia membutuhkan makan. Tanpa makan, orang akan mati. Maka kebutuhan makan harus disediakan setiap hari. Pada umumnya orang makan tiga kali sehari. Dan diantara makan pagi dan makan siang, biasanya orang perlu makanan kecil (kudapan). Demikian juga antara makan siang dan makan malam. Pengalaman sehubungan kebutuhan fisik (makan), dalam keluarga saya berjalan seperti ini. Kebutuhan makan besar tiga kali sehari diurus oleh isteri saya. Sedangkan kebutuhan makanan kecil (kudapan), saya yang mengurusi. Maka isteri saya, setiap hari belanja untuk tersedianya makan besar, sedangkan saya belanja jajan. Dengan cara seperti ini, anggota keluarga tidak sampai kelaparan/kekurangan makan.

2. Kebutuhan jiwa.
Kebutuhan utama kedua adalah kebutuhan jiwa. Kebutuhan ini berkaitan dengan perasaan, perhatian, emosi, hati. Termasuk dalam kebutuhan jiwa antara lain: rekreasi, mengembangkan hobi, berkomunitas (berteman). Agar orang krasan tinggal di rumah, tidak cukup bila hanya kebutuhan fisiknya saja yang dicukupi. Kebutuhan jiwa juga harus dipenuhi. Saya mempunyai pengalaman dengan anak-anak saya, yang bagi saya amat menarik. Hobi saya adalah membaca buku. Saya dalam hal ini memenuhi kebutuhan jiwa saya sendiri. Tetapi dalam rangka memenuhi jiwa anak-anak saya, saya membuat komitmen pada diri saya sendiri. Walau saya sedang asyik membaca, kalau anak saya memanggil saya karena membutuhkan saya, saya akan berhenti, tinggalkan buku dan datang kepada anak saya. Pernah suatu hari, anak saya memanggil saya karena kesulitan mengerjakan tugas bahasa Inggris. Buku saya tinggal dan saya bantu dia. Selesai membantu anak saya, saya kembali melanjutkan membaca buku kembali. Dalam hal ini, saya memenuhi kebutuhan jiwa anak saya berupa ‘Perhatian’. Dia senang saya pun juga senang. Saya lebih bertambah senang merasakan dampak dari komitmen saya, ternyata anak-anak saya kalau saya penggil karena saya butuhkan, mereka juga langsung datang, meninggalkan apa yang sedang dikerjakan. Ini sesuatu yang sungguh luar biasa. ‘Verba docent, exempla trahunt’. Kata-kata itu mengajarkan, teladanlah yang membimbing.

3. Kebutuhan roh.
Manusia adalah makhluk spiritual yang diwadahi oleh tubuh/badan. Kalau wadahnya saja perlu mendapat asupan diberi makan, apalagi rohnya. Manusia bisa mendapatkan asupan roh dengan cara berelasi dengan Allah Sang Pencipta melewati doa-doa. Maka sejak kecil, saya mulai mengenalkan dan mengajak anak-anak saya untuk berdoa. Saya ajari anak-anak saya dengan doa-doa yang sederhana. Doa sebelum dan sesudah makan. Doa sebelum tidur dan sesudah tidur yang sederhana. Saya juga setiap minggu mengajak anak-anak pergi ke Gereja mengikuti perayaan Ekaristi, meskipun mereka belum bisa mengikuti dengan baik. Kadang-kadang tertidur. Bagi saya yang penting mengajak anak-anak ke Gereja sebagai tanggung jawab sebagai pendidik utama dan pertama yang mempunyai tanggung jawab untuk mendidik dan menanamkan nilai-nilai. Dengan cara ini, saya mengajak anak-anak untuk memenuhi kebutuhan rohnya.

Dengan cara memenuhi/menyediakan kebutuhan utama manusia ini, ternyata anak-anak krasan tinggal di rumah. Mereka jarang pergi. Pernah disalah satu hari Sabtu yang merupakan hari yang banyak ditunggu-tunggu oleh orang pada umumnya untuk ber-weekend, kedua anak saya hanya di rumah saja, saya meminta mereka untuk bermain, nonton film atau makan-makan di luar. Saya berkata kepada mereka: ‘Mbok kono dolan malem minggu, nonton film apa jajan. Mangan-mangan bakso apa mie ayam, nyo tak sangoni’. (Sana pergi main malam mingguan, nonton film atau jajan. Makan bakso atau mie ayam, ini uangnya). Salah satu anak saya menjawab: ‘Ngopo Pak dolan, neng ngomah wae wis seneng’. (Ngapain main Pak, di rumah saja sudah senang). Mendengar jawaban anak saya itu, saya senang sekaligus terharu. Saya bersyukur bahwa anak-anak saya tidak banyak ‘cing-cong’ alias tidak banyak menuntut bahkan menunjukkan sikap yang ‘nrimo’ (menerima apa adanya) karena segala kebutuhannya sudah terpenuhi. Mereka krasan di rumah ‘Home Sweet Home’.

 

Penulis: Ph. Ispriyanto

Kontributor

Comment

Leave a Reply