Wartaindonews, Malang – Kegiatan kirab kebudayaan, melalui Karnaval Kirab Budaya Minggu, (29/9/2019) Polowijen, merupakan Sebuah rangkaian acara bersih desa Kelurahan polowijen Kecamatan Blimbing Kota Malang.
Sebelumnya jumat legi (13/92019) diawali dengan gelar doa bersama di Petren Polowijen di tiga titik situs budaya polowijen yaitu situs Sumur Windu Ken dedes, Situs Joko Lolo, Makam Mbah Reni Empu Topeng Malang.
Dilanjutkan minggu berikutnya Sabtu (21/9/2019) Pentas Seni dan Campursari Penampilan Sendratari Topeng Polowijen dari Kampung Budaya Polowijen. Minggu 22/6 dilanjutkan dengan Pengajian Akbar yang di hadiri Walikota Malang Sutiaji.
Dulu, Polowijen merupakan desa di pojok utara Kota Malang terkenal dengan basisi atau kantong kesenian. Banyak seniman yang tinggal di polowijen. Beberapa kesenian lainnya selain wayang topeng seperti, wayang wong, wayang jedong, wayang kulit, wayang ope, ludruk, pencak silat, bantengan dan terbangan jidor juga pernah berkembang dan lestari di Polowijen.
Potensi lainnya dahulu Polowijen juga pernah menjadi sentra mebel serta dan kerajinan kayu lainnya makin menegaskan bahwa polowijen adalah daerah para pengrajin seni pahat dan topeng. Jika di simpulkan, Polowijen merupakan daerah yang menginspirasi bagi daerah lain sehingga muncul berbagai ragam seni tradisi kebudayaan serta kerajinan yang membuat daerah-daerah lain bisa ikut berjaya pada masanya.
Kini, cerita tentang kejayaan Polowijen di fragmenkan dalam ragam gerak tari dan atraksi melalui Karnaval dan Kirab budaya Polowijen 2019 yang merupakan gelaran rutin ke 7.
Rudy Karunianto sebagai Ketua LPMK sekaligus Ketua Panitia menyampaikan, “lebih dari 4000 warga ikut karnaval dan Kirab Budaya Polowijen dan diikuti oleh 80 kontingen perwakilan dari 6 RW dan 38 RW se Kelurahan Polowijen”.
Hadir dalam Penyambutan Lurah, Danramil, Kapolsek Blimbing serta Disbudpar dan Anggota DPRD Kota Malang serta tamu undangan lainnya
Selain tumpeng tanama polowijo, ogoh ogoh, barong, naga, replika patung dwarapala, candi singasari, kapal penisi, kereta kencana, watu kenong, sumur windu dan lain lain, peserta Karnaval dan kirab budaya juga menampilkan ragam atraksi seni budaya diantraanya fragmen dan sedratari tentang joko lolo, ken dedes, topeng malang. Alunan gamelan dan irama music Wahyu Kidung Kolosobo rata rata mengisi dalam fragmen dan sendratari masing masing kontingen.
Yang menarik di penghujung rombongan dari RT2 RW 1 menampilkan wayang orang lengkap dengan dalang, wiyogo, wranggono serta gamelan dan geber warang kulit. Hanya saja perannya di mainkan oleh wayang orang dengan tema Ruwatan Sukerto.
“Ini tradisi yang harus di lestarikan karena event ini sebagai momentum bertemunya warga Polowijen” Ungkap Eddy Widjanarko anggota DPRD Kota Malang. Dia menyebutnya ini sebagai hari Raya Kebudayaan Polowijen dalam sambutan di Panggung Penghormatan yang didampingi Lurah, Danramil, Kapolsek Blimbing serta Disbudpar Kota Malang. Pelestarian tradisi deni budaya di Polowijen ini merupakan warisan budaya yang bida diangkat potensinya sebagai wisata budaya”, imbuhnya. (Ki Demang)