by

Episode TRIKONA Ngesti Wedharing Budaya di Budaya Peradaban Pasuruan

-Artikel-162 views

Kita sudah Memasuki PUTARAN WIYOSAN Ngesti Wedharing Budaya, menjadi WIYOSAN NWB begitu disingkatnya. Dari BATIK KITAB BAKTI laku lampah perjalanan Sejarah Peristiwa Kisah dan Kejadian Para WIYOSAN NWB tersebut, Kita mulai bisa membaca pesan pesanNya dan Hikmah Kearifan serta Hikmat Kebijaksanaan yang dimunculkan Alam & Tuhan Kepada Kita.

Kita temukan gambaran utuh dalam WAWASAN CATUR YOGA, yaitu Fase Perubahan pada PERIODE Ke 4 di saat Saresehan Pondok RAINTEN, bersama Ki Bagus, Ki Suwarno dan Ki Sungkono, 10/10/2022, jadilah Tulisan dan Putaran Putaran YOGA serta Episode Episode di Bawah ini :

Catatan : WIYOSAN itu artinya Memperingati Pasaran Hari Kelahiran Seseorang, dalam hal ini Malam Jumat Wage, Pasaran Hari Kelahiran Ki Winarno Sabda.

Di awali dari Hikmat & Hikmah Pagelaran WIYOSAN NWB Putaran ke 3 Periode ke 3, yaitu

Saat terjadinya pada Pagelaran Wayang Kulit Jawa Purwo dengan Lakon “SEMAR MBANGUN KAHYANGAN” di Kampus Universitas PGRI Wiranagara Kota Pasuruan, Kamis Pon, 29 September 2022, Malam Jumat Wage.

Berupa Wawasan Kesadaran Perihal TRIKONA yang ada di KITAB WEDA yaitu Pertama adalah Perihal Hidup, Kedua adalah Perihal Kehidupan dan Ketiga adalah Perihal Kembali Sempurnanya Jiwa Ruh Manusia Kepada Tuhan Yang Mana Esa.

Dalam Lakon “SEMAR MBANGUN KAHYANGAN” tersebut Kita menemukan bahwa :

Di dalam lakon Semar Mbangun Kayangan, sesungguhnya Semar memiliki tujuan akan membangun kahyangan (jiwa)-nya Pandawa dengan syarat pusaka tiga macam, yakni:

Pertama, Jamus Kalimasada (lambang: pedoman hidup yang menggunakan tatanan);

Kedua, Payung Tunggulnaga (lambang: Iman kepada Tuhan yang menjadi perlindungan hidup yang menjalani fase fase, episode episode, jaman jaman, yoga yoga dan jantraning kehidupan alias putaran kehidupan yang sudah ditetapkan oleh Sang Pencipta Hidup Kehidupan dengan Segenap Kepastian Hukum Hukum Alamnya);

Ketiga, Tombak Karawelang (lambang: fokusnya cipta, rasa, dan karsa yang menjadi pusaka hidup kehidupan ketika akan mencapai cita-cita luhur, menuju puncaknya tujuan manusia yaitu menyatunya kembali jiwa ruhnya kepada Tuhan Yang Maha Esa).

Sesudah pusaka tiga macam itu bersatu di dalam sanggar pemujaan;

Semar yang memiliki tanggung jawab sebagai penjaga keselamatan Dinasti Bremani itu kemudian menjadi raga, wadah, atau kerangka Pandawa yang ingin menyerap ajaran tentang asal-muasal dan tujuan hidup kehidupan, penyelarasan antara tindakan hamba dengan kehendak Tuhan, bersatunya antara hamba dan Tuhan, serta kesempurnaan hidup kehidupan manusia dari Sang Hyang Wenang dengan menyatunya Kembali Jiwa Ruhnya dengan Tuhan Yang Maha Esa.

Tidak ubahnya seorang guru kepada siswa-siswanya, Sang Hyang Wenang memberikan ajaran mengenai makna dari ketiga ilmu itu kepada Pandawa.

Pertama : manusia harus memahami asal-muasal dan tujuan hidup serta tujuan kehidupan Manusia yang dicipta dari anasir tanah, air, api, dan angin (raga) serta nyawa, roh, dan sukma yang kelak kembali pada asal-muasalnya; ketika raga manusia mengalami kematian, selain masuk putaran reinkarnasi dan inkarnasi, manusia mempunyai tujuan puncak kembali nya jiwa ruhnya sempurna kepadaNya.

Kedua: manusia harus bisa menyelaraskan tindakan yang dilakukan dengan kehendak Tuhan. Penyelarasan tindakan hamba dan kehendak Tuhan inilah yang menjadi sarana bersatunya antara hamba dengan Tuhan.

Bersatu serupa api dengan panasnya, air dengan dinginnya, atau lampu dengan cahayanya.

Bersatunya dzat dengan sifatnya itu yang menyebabkan urip (hidup) menjadi urup (menyala atau hidup sebenarnya). Hidup Berkehidupan yang sempurna karena mendapatkan cahaya dari Tuhan (nurillah). Hidup yang berguna bagi diri pribadi, keluarga, tetangga kiri-kanan, dan seluruh makhluk di muka bumi.

Ketiga : Kesempurnaan Hidup Jiwa Ruhnya dengan bersatu secara sempurna dengan Tuhan Yang Mana Esa.

Semua Pintu Gerbang Terbukanya Perihal TRIKONA adalah BERKAT Lontaran Ki Kuswanto, Sekretaris NWB, saat selesai Latihan Sanggar Budaya Kasepuhan Kebon Candi Gondanwetan, 25/09/2022, Kepada Ki Suwarno,,Ki Winarno Sabda dan Kita Ki Guntur Bisowarno.

Kajian dan Telaah TRIKONA kembali JUGA Kita teguhkan bersama Ki Suwarno, Ki Harso Waluyo, Ki Winarno Sabda, Ki Kuswanto dan Kita Ki Guntur Bisowarno di Joglo Kedjayaan Pasuruan Jawa Timur, 26/09/2022.

Pendalaman Perihal Segala Pengembangan dan ASPEK nya TRIKONA selain untuk 3 Kasepuhan, yaitu Kasepuhan Kebon Candi Gondangwetan Ki Winarno Sabda, Kasepuhan Joglo Kedjayaan Ki Harso Waluyo, Kasepuhan Tejosari Ki Joko Gaharuh, juga menyangkut 3 Lokasi lain, yaitu Kasepuhan Desa Pager Ki Sungkono, Kasepuhan Dusun Kucur Ki Bagus yang terbukti memiliki galur trah darah Empu Kuturan Anak Empu Barada dan Kasepuhan Mukibat Purwosari Ki Suwarno, Kita teguhkan, ucapkan dan sampaikan KEMBALI satu sama lainnya di Pondok RAINTEN, Desa Pager Kecamatan Purwosari Pasuruan, 10/10/2022, Senen Wage, Menuju Malam Selasa Kliwon, Malam Anggara Kasih, PAS tak kebetulan MALAM PURNAMA, selaras seperti Raden Wijaya Memulai Pembangunan Kerajaan Wilwatika Kerajaan Majapahit, saat Tanggal 15, Bulan Purnama di Malam Anggara Kasih,

JUGA di tandai fenomena alam di atas puncak Gunung Arjuno, Kita lihat sebentar munculnya gumpalan awan di sela cahaya sinar matahari seperti mata dan sesudahnya ada gumpalan caping gunung di atas Gunung Arjuno.

Kita yang gentur dan sangat bersemangat serta penuh kegembiraan & kebahagiaan di dalam Tuhan, spirit entheosm antusiasme ini sunggih membutuhkan keseimbangan melalui Kajian Macapat MACAPAPAT sesuatu yang terpendam, tersembunyi dan SINERKER, SIKER SIKERIS Pusaka Pedoman Besar yang masih terpendam dan tersembunyi yang sudah mulai membuka diri batang kehadirannya, dalam kebangkitan kesadaran PEKA DIRI, PEKA RANGAN, PEKA JAMAN, yang disebut fase, periode dan jaman, dengan sebutan CATUR YOGA, oleh Ki Suwarno Kasepuhan Mukibat Purwosari,

Sang pecetus dan penggagas, pentingnya membahas dalam beragam aspek, dampak, fungsi manfaat nilai guna hingga nilai hikmat hikmahnya dari itu CATUR YOGA, khususnya KERANGKA CATUR YOGA dalam telaah TRIKONA NWB di kancah perubahan dan perkembangan BUDAYA PERADABAN Pasuruan Jawa Timur adanya. yaitu ada Angka 4, Angka Catur yang Berulang dalam 3 Sejarah Peristiwa Kejadian dan Kisah di bawah ini :

Kunci Pertama :

Pagelaran WIYOSAN NWB : Wayang Kulit Klasik Jawa Purwo Putaran Ke 1 Periode ke 4 di Kasepuhan Kebun Candi Gondang Wetan Kabupaten Pasuruan Jawa Timur :

Inilah DIMENSI Kasepuhan sebagai HIDUP yang MENGHIDUPKAN.

Kunci Kedua :

Pagelaran WIYOSAN NWB Wayang Kulit Klasik Jawa Purwo Putaran ke 2 Periode ke 4, di Kasepuhan Joglo Kedjayan Pasuruan Jawa Timur, dengan Lakon Tumurune Wahyu Purbajati.

Inilah Dimensi Kasepuhan Menjalani Kehidupan.

Kunci Ketiga :

Pagelaran WIYOSAN NWB Wayang Kulit Klasik Jawa Purwo Putaran Ke 3 Periode ke 4 direncanakan di Kasepuhan Josari Tejosari Joglo SEKAR TAJI Dusun Tejosari Desa Tejowangi Kecamatan Purwosari Kabupaten Pasuruan Jawa Timur dengan Lakon Tumurune Wahyu Pulung Tejo.

Inilah Dimensi Kasepuhan Menemukan Jalan Hidup Kehidupan Semua KEMBALI ke Sangkan Paraning Dumadi.

Sehari sesudahnya ada perihal di bawah ini:

Malam Anggara Kasih, Senen Wage, 10 Oktober 2022.

Membaca Tanggal 12 Oktober 2022,

Ada Kawan Pak Dwi Cahyono Seorang Dosen Arkeologi dari Kota Malang dan WS Rendra menulis di bawah ini perihal massa lalu dan sejarah :

Selamat “HARI MUSEUM”
12 Oktober 2022

MUSEUM, GERBANG LORONG WAKTU

……………
Kerna sesungguhnya kita bukan debu
meski kita telah reyot, tuarenta, dan kelabu.
Kita adalah kepribadian
dan harga kita adalah kehormatan kita.
Tolehlah lagi ke belakang
ke masa silam yang tak seorang pun kuasa
menghapusnya.
………….
(Potongan puisi “Sajak Seorang Tua Buat Istrinya,
WS Rendara)

KA Kertanegara, 12 Oktober 2022
Bhaktavidya CITRALEKHA Malang Raya.

Hari Museum Nasional diperingati pada 12 Oktober setiap tahunnya. Dikutip dari laman Kemdikbud, peringatan ini berawal dari Musyawarah Museum se-Indonesia atau MMI pada 12-14 Oktober 1962 di Yogyakarta.

Pencerahan Perihal CATURYOGA TRIKONA NWB dalam Budaya Peradaban Pasuruan ini JUGA sangat bertepatan dengan Hari Musem 12 Oktober 2012 tulisan ini Kita buat, selesaikan dan sempurnakan, dengan menggunakan ilmu fisika quantum, fisika energi, frekuensi dan gelombang partikel maupun sel manusia, yaitu

Energi adalah Massa X Kecepatan Cahaya Kuadrat.

Kenapa Aksara Era Jaman JAYABAYA adalah AKSARA JAWA KAWI KUADRAT…

… pakai kawi kuadrat Kediri era Jayabhaya nggih… YA.

Karena kecepatan cahaya ke massa lalu dan untuk kembali selamat ke massa kini dari kesadaran jiwa ruh Kita menembus ruang dan massa waktu massa lalu serentak ke massa depan, yang sudah mampu dilakukan oleh Pujangga dan Prabu Jayabhaya, sehingga jelas Kita tersadarkan bahwa asal muasal kawi jawa itu mengerti kawitannya, beliau Jayabhaya memiliki energi yang diberkati dan dianugerahi Tuhan untuk melakukan perjalanan cahaya jiwa ruhnya bolak balik dengan kecepatan cahayaNya, agar tidak tersesat dan terjebak jiwa ruhnya di lapisan lapisan alam perjalanan dan atawa berhenti jiwa ruh nya, terikat dengan makhluk alam lain selama perjalanan menguak rahasia sideman sinengkeri alam dan ilahi :

perihal kejadian sejarah massa lalu dan massa depan yang terkait massa kini serta yang terhubung dengan putaran jantraning siklus perputaran ketetapan alam dan kepastian kehendak Ilahi, kalok hanya satu kali kecepatan cahaya.

Sehingga menguak kembalinya ESENSI dari Keberadaan CATUR YOGA TRIKONA NWB dalam Budaya Peradaban Pasuruan, Kita sudah berhasil me jelaskan dalam paparan demi paparan di atas, semoga bisa berdampak dalam satuan kebaikan dan satuan kebijaksanaan untuk semua detail yang Kita tulis serta paparkan pada saat ini, hari ini, malam ini, malam Kamis Pahing adanya.

Penulis & Aplikator : Guntur Bisowarno

Kontributor