by

Daya Sinergitas Gapura Titik Nol Semeru Arjuno Bromo dengan Gapura Candi Bajang Ratu di Jagad Renovasi Total 2020

-Artikel-418 views

Adanya Tanda Tanda Alam dan Sasmitanya Gerak Alam

Situasi dan Bangunan Suasana Angin Bertiup Kencang, berkumandang suara pergerakannya di udara, diatap rumah, di jendela dan di jalan raya, sampai 2 buah pohon Pace Kudu Mengukur [Morinda citrifolia red.] dan lembaran alumunium berisik bergelombang hingga berlepasan di Papan Reklame pada Kawasan Bioregion Wilayah Singosari, Lawang, Purwodadi Purwosari Pasuruan Jawa Timur.

4 Unsur Alam Marah BESAR

Adanya pergerakan angin dan udara yang tidak biasa ini membuat Pak Guntur Bisowarno S.Si., Apt Ketua ASJI Apoteker Saintifikasi Jamu Indonesia dan Ketua Bamboo Spirit Nusantara ~ Bamboo Spirit Indonesia untuk melakukan ritus ritual berdoa kepada Sang Pencipta, Para Leluhur Jiwa Jiwa yang Murni Suci Mulia dan berkoordinasi dengan 4 Unsur Alam dalam Pembelajaran Maksud Tujuan Suci Murni dari Energi Enerjologi Sang Bayu Sang Angin dalam Bentangan Mandala Gerak Gerakan Pergerakannya di Mandala GAPURO Titik Nol Semeru Arjuno Bromo serta & di Lintas Bamboo Segi 8 Multidimensional Multifungsi dan Multikecerdasan; berbaris DUPA DIPA KITA: untuk mengetahui dan membaca adanya Tanda Tanda Alam ini secara arif dan bijaksana.

Sementara itu Team Pendoa Holistik di 3 Alam Bamboo Spirit Nusantara ~ Bamboo Spirit Indonesia, Senen Wage, Menuju Malam Selasa Kliwon, 5 Oktober 2020 sudah melaporkan Bangunan Situasi dan Pesan Pesan di Candi Bajang Ratu di Desa Temon, Kecamatan Trowulan Mojopahit, Kabupaten Mojokerto Jawa Timur [ Baca : Temon Ketemon Ketemu dan Bertemu Pesan Apa di Sana red.]

Candi Bajang Ratu Dharmanya JAYANEGARA

Pilihan Kita untuk melakukan Sinkronisasi GAPURO Titik Nol Semeru Arjuno Bromo dengan Energi Enerjologi Esensi Substansi Mandala Informasi Perpustakaan Hidup Bumi di Kawasan Bioregion Wilayah GAPURO Candi Bajang Ratu, adalah berdasarkan adanya GAPURA PADURAKSA JAYANEGARA, dalam situasi dan kondisi Negara yang sedang penuh carut marut ini, sebagaimana Bunda Susi Sri Susmini Pendoa Nusantara Indonesia Lahir Baru Jagad Renovasi Total 2020, Jumat Kliwon, 11/09/2020 di Acara Doa Lintas Agama, Lintas Penghayat Kepercayaan Kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Lintas Budaya, di LABUH AGUNG ASURO RUWAT NAGARI Pantai Jolotundo Blitar untuk Situasi Kondisi Negara dalam Darurat Siaga Sipil, Darurat Siaga Militer dan Darurat Siaga Negara akibat serangan Politik Pandemic Covid 19 ini; [ Baca : Jumat Kliwon, 11 September 2020 menuju Selasa Kliwon, 6 Oktober 2020. Kliwon adalah Berunsur ANGIN red.]

Berdasarkan Arahan dan Arah Doa tersebut maka sampailah Kita pada Esensi Substansi dari Asma Kinaryo Jopo: NAMA ADALAH DOA dari JAYANEGARA adaNya, dalam situasi dan kondisi carut marut seperti apapun Kita Semua berdoa untuk KEJAYAAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA; JAYA NEGARA ~ JAYA NEGARA ~ JAYA ; serta Esensi Substansi dari BANGUNAN GAPURA, adalah Sebagai Tempat PEMUJAAN KEPADA TUHAN yang ada di Candi Bajang Ratu tersebut, serta Sinkronisasi dan Sinergitas dari Kode Kode Semesta dalam Tradisi Seni Budaya Spiritual di Jawa Bali dan yang masih melakukannya Potensi Ketahanan serta Pertahanan Kesehatan Masyarakat PKM Berbasis Kearifan Lokal; GAPURA berlambang KALA, yang diapit Singa berelief Naga berkaki berkepala Garuda, serta simbol Matahari, Kalacakra Manggilingan yang melayang layang di udara sebagai Tolak Balak Marah Mara Bahaya dari Serangan Pagebluk Pendemic Covid 10 ini dan Kelalaian serta Kelakuan Manusia membuat kerusakan di muka bhumi pertiwi ini.

Di bagian tubuh atas ambang pintu terdapat pula relief hiasan “KALA” dan relief hiasan sulur suluran serta bagian atapnya terdapat relief hiasan rumit yaitu berupa kepala “KALA” yang diapit singa, naga berkaki, kepala garuda, relief matahari dan relief bermata satu atau monocycle cyclops. Dalam kepercayaan Budaya Majapahit relief relief tersebut memiliki FUNGSI yaitu sebagai pelindung dan penolak bahaya. Pada sayap kanan ada relief cerita Ramayana dan pahatan binatang bertelinga panjang.

Sejarah Kata BATA ~ THE BATA di Urat Syaraf Bahasa Asli BATAK artinya TUHAN Sang Pencipta

Sejarah Candi Bajang Ratu ini merupakan bangunan pintu gerbang tipe ” paduraksa ” [gapura beratap]. Seluruh bangunan candi ini terbuat dari BATU BATA MERAH, kecuali pada bagian lantai tangga serta ambang pintu bawah dan atas yang terbuat dari batu andesit. Berdiri pada ketinggian 41.49 m dpl dengan orientasi mengarah ke timur laut tenggara. Denah Candi ini berbentuk segi empat, yang berukuran sekitar [1.5] m (p) dan [10.5] m (l) serta tinggi [16.5] m sedangkan lorong pintu masuk memiliki lebar sekitar [1,4] meter.

Sinkronisasi dan Sinergitas Energi Enerjologi Esensi Substansi Simbol Gambar Isi Sofware yang ada di Candi Bajang Ratu

Secara Vertikal Candi Ini memiliki 3 bagian kaki, tubuh dan atap. Mempunyai semacam sayap, Dan pagar tembok di kedua sisi, Dengan Kaki Gapura sepanjang 2,48 meter, dan struktur kaki tersebut terdiri dari bingkai bawah, bingkai atas, dan badan kaki. Namun bingkai bingkai ini hanya tersusun dari sejumlah pelipit rata dan berbingkai berbentuk GENTA. Sedangkan pada sudut sudut kaki terdapat hiasan sederhana, kecuali bagian pada sudut kiri depan yang di hiasi relief menggambarkan cerita “sri tanjung”
[Baca : Sastra Sasmitane dalam Situasi Kondisi Negara Carut Marut seperti ini, maka gunakan Sistem Republik Indonesia ~ Tata Negara Kenegaraan di Junjung sekokoh kokohNya & seteguh teguhNya red.]

Menemukan Esensi Substansi Aktivasi GAPURA sesungguhnya

GAPURA PADURAKSA adalah bangunan berbentuk GAPURA, yang memiliki atap penutup, yang lazim ditemukan dalam arsitektur kuno dan klasik di Jawa dan Bali. Kegunaan Bangunan ini adalah sebagai PEMBATAS sekaligus sebagai GERBANG AKSES PENGHUBUNG, antar kawasan dalam kompleks bangunan khusus. Bangunan ini biasa dijumpai pada gerbang masuk bangunan bangunan lama di Jawa dan Bali, seperti Kompleks Keraton, Makam Keramat, serta PURA dan PURI, meskipun pada masa sekarang ada pula bangunan rumah yang menggunakan GAPURA semacam ini.

Menemukan Esensi Substansi Aktivasi PURA sesungguhnya

Dalam perkembangan pemakaiannya di Bali, Istilah PURA menjadi khusus untuk tempat pemujaan Tuhan, sedangkan PURI menjadi khusus untuk tempat tinggal para raja dan bangsawan. Saat ini PURI dapat dipadankan dengan kata KERATON, atau kata PURA dalam bahasa Jawa, PURA MANGKUNEGARAN [Baca : Jadi Sangat Jelas Ya GAPURA PURA ~ GAPURO PURO Tempat Pemujaan Kepada Tuhan untuk Urusan Kenegaraan yang sedang carut marut di terpa Kemarahan 4 Unsur Alam serta Serangan Politis Pandemic Covid 19 red.]

 

Penulis: Prasetya Arisaputra dan Ki Gondo Tejo Kusumo

Kontributor

Comment

Leave a Reply