Purwosari Pasuruan Jawa Timur, 17 Agustus 2024.
Dari arah sisi sebelah timur jalan raya Purwosari Pasuruan berdatanganlah anak anak kampung yunior dengan bendera MERAH PUTIH ditangannya, dibawah pimpinan Nur Hasan, menuju segi tiga emas, kepertigaan jalan raya Purwosari Pasuruan dan berhasil mengundang perhatian masyarakat untuk turut serta bergabung bersama, guna merasakan pancaran sumber daya hidup, energi spirit para pahlawan yang berjuang mendirikan Bangsa dan Negara Republik Indonesia, yang di lambangkan dengan keberadaan bendera negaranya, sebagai lambang negara dan lambang suci (ada dalam syair lagu kebangsaan Kita red.) dengan memaknai rasa kesakralan dan kesucian detik detik peringatan proklamasi dirgahayu kemerdekaan RI di titik nol, segitiga emas tersebut.
Sikap bangga, hormat dan berkesadaran tinggi dalam berbela negara dengan melakukan penghormatan kepada Sang Saka Merah Putih dengan laku sikap hormat sambil menyanyikan lagu kebangsaan Kita, Indonesia Raya, jam 10.00 di tanggal 17 Agustus 2024.
Kegiatan bertempat dititik nol, segitiga emas ini sudah berlangsung empat kali berturut turut setiap tahunnya, sejak 2021 hingga 2024, yang diprakarsai Kapos Lantas Purwosari Polres Pasuruan, Aiptu Harnadi, di dukung Kapos Lantas Kejayan Aiptu Sugeng Wahono Polres Pasuruan, direstui Kasat Lantas Polres Pasuruan, AKP. Deni Eko Prasetyo, S.I.K. beserta jajaran yang bertugas, bersama masyarakat setempat yang hadir berada di lokasi.kejadian, Pemuda Pancasila PAC Purwosari, Ibu Ibu Guru dan Banser yang mewakili.
Bendera Sang Saka Merah Putih dikibarkan berkibar kukuh kokoh ditiup kencang oleh sang bayu angin, diatas tiang bambu, dipegang erat erat oleh Polisi Indarto Prayitno (55 thn), yang sudah mengabdi di kedinasan kepolisian sudah menjalaninya selama 37 thn.
Bambu dalam bahasa jawa kuno disebut Tiang, yang artinya, orang dan manusia, badan orang dan manusia, Tiang tidaklah menjadi lengkap jikalau tidak adanya lambang darah merah dan darah putih, yang disematkan di atasnya, disebut oleh para leluhur jawa kuno, dengan laku wirid, kawitanne, asal usul, wirid wurut, wujud urut adalah tes tetes abang, tes merah saka biyung, ibu dan tes puteh tetes putih saka bapa, bopo, bapak, maka dengan dasar itu Tiang benderanya yang sangat layak dan pantas adalah tiang bambu kuning, khususnya bambu ori, bambu original origenial, bambu asli bangsa negara Republik Indonesia ( baca : hasil riset Bamboo Spirit Nusantara BSN red.)
Tiang bambu runcing ruhncing sudah dikenal diseluruh Indonesia dan dunia juga merupakan lambang dan simbol perjuangan para pahlawan dalam memerdekakan bangsanya menjadi Negara Republik Indonesia.
Dari ajaran budi pekerti jawa kuno, untuk menghormati kedua orang tua Kita hingga 18 leluhur ke atas, di lambangkan dengan bendera merah putih, sebagai lambang suci yang gagah perwira.
Dasar pasal perihal bendera merah putih sebagai lambang suci adalah lagu kebangsaan yang berjudul *Berkibarlah Benderaku*
Berkibarlah Benderaku
Lambang suci gagah perwira, di seluruh pantai Indonesia
Siapa berani menurunkan engkau, serentak rakyatmu membela.
Sang merah putih yang perwira berkibarlah slama lamanya.
Sehingga Merah Putih itu merupakan lambang suci dan selayak sepantasnya untuk berkibar selama lamanya, gagah perwira karena sebagai pelindung bagi rakyat bangsa negara RI, yang dijaga oleh cahaya arwah para pahlawan dan cahaya arwah para leluhur suci luhur mulia seluruh rakyat negara Republik Indonesia, dalam cahaya agung Sang Maha Cahaya.
Dari dasar pasal tersebut, maka sewajarnya tidak ada upacara menaikkan dan menurunkan bendera sang saka merah putih di segi tiga emas pertigaan raya Purwosari Pasuruan Jawa Timur Indonesia.
Itulah wujud ejawantah dari Kesadaran hormat pada orang tua para leluhur Nusantara Indonesia, kesadaran Guna Karya Sarana Bakti Kabupaten Pasuruan, kesadaran Jer Basuki Mawa Bea Jawa Timur, kesadaran jiwa bela negara rakyat Negara Republik Indonesia, kesadaran jiwa agung martabat tanggung jawab semesta, manusia sastra budaya canggih, Nusantara Baru, Indonesia Maju, sejahtera bersama (BSN, 20/8/2024).
Purwosari dahulunya disebut LAKEMAR di ucapkan secara lisan oleh pinisepuh ereng ereng lereng Gunung Arjuno, dikisahkan diucapkan dengan nada hikmat: LOKEMAR dan LOGKEMAR, yang artinya Purwosari adalah titik nol segitiga emas dari Kunci Lock, Kunci Lak Laku lampah perjalanan kesadaran jiwa agung manusia MARDHIKA MARDIKA — MAHARDHIKA MAHARDIKA beserta LOG logikanya, sudah terbukti 4 tahun berturut turut mengibarkan dan menghormati Sang Saka Merah Putih, Lambang Suci Gagah Perwira tanpa disertai Upacara Penaikkan dan Penurunan Bendera, karena sikap hormat dan bangga kepada kedua orang tua, para leluhur serta syukur kepada ibu bumi pertiwi, bapa angkasa langit semesta raya, bela bangsa negara RI, selayaknya dan sepantasnya dilakukan selama lamanya.
Disebut titik nol segitiga emas ini adalah ejawantah yang sangat sakral, suci dari awal mula sari pati, purwo sari, sarinya purwo, purwone di jadi, asal usul, awal mula kejadian menjadi diri manusia di muka ibu bumi pertiwi, di bawah bapa langit angkasa raya, karena hubungan kedua orang tua, ibu ayah, yang akur, dengan sikap bangga penuh hormat dari anaknya, adalah energi keberkahan rahmat Tuhan Yang Maha Esa, adalah dasar kekuatan bela keluarga, bela bangsa negara dan bela keselamatan bumi semesta raya, karena mempunyai karakter emas, jiwa luhur budi mulia sejahtera bersama, sesuai tugas agung martabat tanggung jawab universal, tanggung jawab semesta raya dari Sang Maha Hidup, Tuhan Yang Maha Esa, adaNya.
Segitiga Emas Pertigaan Raya Purwosari Pasuruan adalah titik nol pertemuan daripada jalan raya propinsi jawa timur, arah dari jalan raya surabaya ujung galuh pantai utara, arah jalan raya pasuruan banyuwangi pantai ketapang gilimanuk, selat bali dan arah jalan raya malang, pantai nyliyep gunung kombang malang selatan, pantai samudera laut selatan.
Ada di titik nol segitiga emas 3 kaki pertemuan 3 Kawasan Gunung Propinsi Jawa Timur, Gunung Arjuno, Gunung Bromo, Gunung Semeru, Titik Nol Segitiga Emas 3 Kawasan Biosfer yang sudah di tetapkan UNESCO sejak 2015.
Penulis : Guntur Bisowarno (Ketua Bamboo Spirit Nusantara)