Wartaindonews, Malang – Di masa pandemic covid seperti ini sekalipun sekaran masuk dalam tataran new Normal, Himpunan Psikologi Indonesia (Himpsi) Malang tak pernah berhenti melakukan kegiatan Psikoedukasi kepada masyarakat. Bukan hanya sekedar dampak yang ditimbulka, melainkan prilaku menyimpang yang kerap terjadi dan berulang di masyarakat selalu menjadi kosern Himpsi Malang
Webinar psikoedukasi Himpsi Malang yang dilaksanakan Sabtu (20/6/2020) lalu mengupas maraknya pemberitaan di media massa mengenai kekerasan seksual terhadap anak cukup membuat masyarakat terkejut. Kasus kekerasan seksual terhadap anak masih menjadi fenomena gunung es. Hal ini disebabkan kebanyakan anak yang menjadi korban kekerasan seksual enggan melapor. Karena itu, sebagai orang tua harus dapat mengenali tanda-tanda anak yang mengalami kekerasan seksual.
Kekerasan seksual terhadap anak akan berdampak panjang, di samping berdampak pada masalah kesehatan di kemudian hari, juga berkaitan dengan trauma yang berkepanjangan, bahkan hingga dewasa. Dampak trauma akibat kekerasan seksual yang dialami oleh anak-anak, antara lain: pengkhianatan atau hilangnya kepercayaan anak terhadap orang dewasa (betrayal); trauma secara seksual (traumatic sexualization); merasa tidak berdaya (powerlessness); dan stigma (stigmatization). Secara fisik memang mungkin tidak ada hal yang harus dipermasalahkan pada anak yang menjadi korban kekerasan seksual, tapi secara psikis bisa menimbulkan ketagihan, trauma, bahkan pelampiasan dendam.
Narasumber dari kota Batu Sayekti Pribadiningtyas, S.Psi, M.Pd, Psikolog dan pembanding Rudi Tri Prasetyo, M.Psi,Psikolog dengan moderator oleh Nawang Warsi, S.Psi, M.Psi yang tidak lain adalah Dekan Fakultas Psikologi Unmer Malang mengupas tuntas persoalan-persoalan detail lapangan apa yang terjadi terkait ragam model dan modus pelacehan seksual termasuk kondisi psikologis korban.
Menurut Rudi “adanya stigma dimasyarakat terhadap korban pemerkosaan merupakan wanita yang hina”. Ada di masyarakat yang memandang yang salah adalah wanitanya karena ada pandangan di masyarakat wanita korban pemerkosaan sengaja menantang atau menggoda laki laki dengan memakai pakaian mini rok mini berdandan menor. Stigma ini menjadi salah satu takutnya wanita mengungkapkan apa yang terjadi dan menganggap dirinya rusak sehingga enggan untuk menceritakan kejadian yang menimpanya karena takut menerina stigma. Ungkap rudi yang juga merupakan Wakil Ketua Himpsi Kediri Raya.
Sementara itu Nining panggilan akrab Sayekti Pribadiningtyas yang juga merupakan Wakil Ketua 1 Himpsi Malang selama ini sudah banyak muncul gerakan pencegahan pelecehan seksual diantaranya seperti penegakan hukum terhadap pelaku, pemblokiran situs situs porno, seks edukasi di keluarga sekolahan dan masyarakat, area public yang memungkinkan banyak terjadi pemantauan dan lain-lain. “Namun itu tidak cukup, dibutuhkan pendampingan psikologis agar korban tidak traumatis,” tukas Nining.
Bila tidak ditangani serius, Lanjut Nining Penulis Buku Best Seller Selingkuh Cerdas dan Mbok Ti bahwa kekerasan seksual terhadap anak dapat menimbulkan dampak sosial yang luas di masyarakat. Penanganan dan penyembuhan trauma psikis akibat kekerasan seksual haruslah mendapat perhatian besar dari semua pihak yang terkait, seperti keluarga, masyarakat maupun negara.
Olehkarena itu, “didalam memberikan perlindungan terhadap anak perlu adanya pendekatan sistem, yang meliputi sistem kesejahteraan sosial bagi anak-anak dan keluarga, sistem peradilan yang sesuai dengan standar internasional, dan mekanisme untuk mendorong perilaku yang tepat dalam masyarakat,” Pungkasnya. (Ki Demang)
Comment