Saat perang militer, musuh terlihat kasat mata. Akan tetapi ketika musuh berbentuk virus yang tak terlihat oleh mata manusia, hanya pasukan medis yang bisa berjuang melawannya. Para dokter dan perawatlah kini saatnya bertempur melawan musuh tak terlihat oleh mata manusia yang saat ini sedang merajalela di dunia. Sudah banyak dokter dan perawat yang gugur dalam medan pertempuran ini.
Atas nama kasih dengan sesama manusia, mereka membantu, menolong, merawat dan berusaha menyembuhkan para pasien yang terkena serangan virus corona tersebut, tanpa pandang bulu mereka orang kaya atau miskin, orang tua, muda ataupun anak-anak, tanpa pandang bulu mereka dari suku apa, dari agama apa, tanpa pandang bulu mereka keturunan pribumi ataupun non pribumi. Para tenaga medis berjuang atas dasar kemanusiaan, atas nama kasih sesama manusia sebagai mahluk ciptaan Tuhan Allah sang pencipta alam dan isinya. Atas nama kasih mereka berjuang tanpa pamrih melawan virus yang mematikan.
Mereka rela meninggalkan sanak keluarganya, suami/ istri dan anak-anaknya, demi tugas kemanusiaan dengan risiko terpapar virus corona yang sangat berbahaya. Sudah banyak dokter dan perawat yang meninggal akibat virus tersebut. Ironisnya ada kisah seorang perawat yang telah berjuang demi menyelamatkan para pasien yang terpapar virus corona, ia sendiri terpapar corona hingga ia meninggal dunia, dan jenasahnya ditolak oleh warga di daerahnya untuk pemakamannya.
Seperti puisi yang ditulis oleh Arswendo Atmowiloto yang berjudul Atas Nama Kasih, Demikian pula para dokter dan perawat rela berkorban demi menyelamatkan nyawa para pasien yang sedang bergelut melawan maut karena terserang virus corona. Berikut kutipan puisi Arswendo Atmowiloto yang berjudul : “Atas Nama Kasih”
Ketika kawat berduri dimahkotakan secara paksa
Yang menetes rela dari dahi adalah luka adalah kasih
Ketika kedua telapan tangan direntangkan
Yang dipakukan ke kayu salib
Yang meregang dan menetes adalah kasih
Ketika sebatang tombak menguak lambung
Yang langsung mengucur tetaplah kasih
Ketika sengsara, dinista dan tersisih
tanganNya terbuka mengulurkan kasih
Ia lahir, wafat dalam salib atas nama kasih
Ia bangkit, dan pasti kembali atas nama kasih
Ia hadir, penyelamat dosa dan nasib
atas nama dan hanya karena kasih
Ia adalah Kasih.
Seperti Nabi Muhammad yang dilempari kotoran oleh kaum Quraisy dari isi perut onta yang baru saja disembelih, ia tidak membalas, dan ketika Nabi Muhammad setiap kali pulang dari masjid, Beliau diludahi oleh orang-orang kafir, Beliau malah mendoakan agar orang-orang yang meludahinya mendapatkan pengampunan Allah. Hanya karena Kasih dan atas nama Kasih Beliau tidak membalas dengan kekerasan malah mendoakan orang-orang yang telah menghina dan merendahkan Beliau untuk mendapatkan pengampunan Allah.
Atas nama Kasih dan karena Kasih, marilah kita berdoa bagi keselamatan dan kesehatan para dokter dan perawat yang masih terus berjuang menyelamatkan para pasien yang terpapar virus corona, dan berdoa bagi mereka para pahlawan kesehatan (para dokter dan perawat) yang telah meninggal dunia demi perjuangan mereka menyelamatkan para pasien, semoga arwah mereka diterima di sisiNYA dan perjuangan mereka tak sia-sia.
Oleh : Danny T. Susetyo
Comment