Wartaindonews, Jakarta – Saat saya mengantar Istri ke sebuah gerai ATM kantor cabang Bank langganan kami di Cinere untuk mengambil uang. Setiba di tempat tujuan, ia turun terlebih dahulu sementara saya memarkir mobil.
Ketika saya menyusulnya masuk kedalam gerai ATM, saya lihat Istri saya tengah bercakap dengan dua orang lelaki yang tidak kami kenal. Saya menghampiri mereka diam-diam sembari mendengarkan percakapannya.
“Jadi begini bu,” ujar salah Seorang diantaranya. “Saya mau transfer uang ke saudara, namun ATM saya ketinggalan. Saya cuma minta tolong ibu untuk mentransfer dua juta ke nomor rekening ini dan uangnya saya ganti sekarang juga, ini sudah saya pegang.”
“Wah maaf saya tidak bisa membantu anda,” sahut Istri saya.
“Kenapa bu?,” tanya salah seorang diantara mereka dengan nada suara meninggi. “Ibu tidak percaya kepada kami?”
“Ya, saya tidak percaya kepada kalian,” sahut saya tegas sembari mendekati Istri. Kedua orang itu menoleh.
“Bapak siapa? Tak usah campur tangan urusan orang Pak.”
“Dia Istri saya. Kalian mau apa? Saya tidak percaya kepada kalian dan kalau tetap memaksa, akan saya suruh orang ramai diluar sana menangkapmu.”
Mereka berdua tampak keder, kemudian bergegas keluar dan menyengklak motornya tanpa menoleh lagi.
Untuk suatu saat, saya musti terbang ke Balikpapan. Seperti biasa saya selalu berangkat beberapa jam sebelumnya ke Bandara, untuk menghindari kemacetan.
Saat saya hendak check in, orang yang sedang proses check in di depan saya tampak agak kebingungan dengan barang bawaannya. Cukup banyak sehingga melampaui batas yang diperkenankan. Ia kemudian menoleh ke arah saya dan berkata meminta bantuan.
“Pak, saya lihat bawaan bapak sedikit,” katanya sembari menatap saya. “Bisakah saya menitipkan koper saya kepada Bapak?”
Saya langsung menggeleng.
“Maaf Pak, saya tidak bersedia,” jawab saya tegas.
“Kenapa pak? Bapak tidak mempercayai saya?”
“Bagaimana saya percaya bapak, kenal saja tidak. Pun jika ternyata bagasi bapak itu berisi barang berbahaya, nantinya di manifest terdaftar atas nama saya. Sayalah yang akan berurusan dengan Polisi, bukan Anda.”
“Terus saya harus bagaimana?”
“Itu masalah anda, bukan urusan saya. Lagipula masih ada solusinya kok, bayar saja kelebihannya.”
Saya lihat counter check in sebelah kosong, petugasnya mengangguk kepada saya. Segera saya bergeser kesana, mengurus check in dan beranjak masuk ke lounge.
Itulah “Social Engineering”.
Sebuah teknik untuk memanipulasi dan mengarahkan perilaku seseorang atau sekelompok orang dengan menggunakan kekuatan hipnotik bahasa, rasa rikuh pekewuh serta preferensi pribadi seseorang terhadap suatu isu.
Sejalan dengan kian berkembangnya teknologi. “Teknik Human Engineering” juga merembes kencang dalam dunia Sosial Media melalui berita-berita hoax.
Oleh karena itu jangan heran jika dari tukang sampah hingga orang berpendidikan sangat tinggi, bisa terpengaruh karenanya. Kata-kata seperti ini:
“Bapak gak percaya dengan saya?”
Biasanya kita jadi sungkan karena takut menghina mereka lalu kita jawab:
“Bukan begitu…tapi…….”
Nah disaat itu, kita menempatkan diri dibawah mereka.
Harusnya langsung saja jawab:
“IYA…SAYA GAK PERCAYA KALIAN…”
Persis dalam cerita diatas. Mulai itu penjahat tau kita bukan calon korban yang lemah (JW)
Comment