Wartaindonews – YOGYAKARTA. Aneh, disaat Keraton Kasultanan Yogyakarta yang sebelumnya menyandang nama Hamengku Buwana X telah berubah menjadi Hamengku Bawana kesepuluh.
Kalau menyitir pendapat Gusti Yudha panggilan GBPH Yudhaningrat, ’’Kalau namanya ganti dan gelarnya berubah, ya berarti dinasti Hamengku Buwono berakhir. Bukan sampai sepuluh, tapi sembilan setengah. Sebab, sebelum ganti nama, Sultan pernah pakai nama Hamengku Buwono X,’’ ungkap GBPH Yudhaningrat, Jumat (8/5/2015) jpnn.com.
Anehnya, longsor makam raja-raja di Imogiri ada di bagian sebelah barat, hanya sampai batas luar makam HB IX. Jadi untuk tanah lokasi calon makam HB X longsor, karena kalau di othak-athik-athuk, Hamengku Buwono X itu sudah tidak ada, yang ada adalah Hamengku Bawono Kesepuluh sebagai dinasti baru. Mengapa longsornya disitu? Apakah para leluhur Mataram menolak adana perubahan nama tersebut?
Sinyal apakah itu ?
Prihatin memang, makam raja-raja dan kerabat kerajaan Mataram beserta keturunannya, yang berada di area perbukitan Imogri Bantul, Yogyakarta, yang baru-baru ini mengalami longsor tepatnya pada Minggu malam tanggal 17 Maret 2019, yang sampai memakan korban 2 orang hilang karena tertimbun tanah.
Longsornya makam raja-raja Mataram tersebut merupakan kepedihan, bagi para pemerhati budaya, sejarah dan kerabat keraton Surakarta maupun Yogyakarta, karena disitulah terletak makam para leluhur yang telah ikut berjuang melawan penjajah Belanda pada waktu dulu, jauh sebelum Indonesia merdeka.
Dimasa pemerintahan Sultan Agung, tahun 1642 komplek makam Imogiri ini mulai dibangun oleh seorang arsitek Kyai Tumenggung Tjitrokoesoemo.
Sayang sekali apabila komplek makam tersebut sampai rusak parah. Oleh karena itu pihak Pemda Bantul, keluarga Keraton Surakarta dan Yogyakarta seharusnya secara bersama-sama segera melakukan mitigasi risiko adanya longsor berikutnya mengingat curah hujan yang tinggi akhir-akhir ini masih terus terjadi, agar kerusakan tidak menjadi lebih parah lagi.
Komplek makam raja-raja di Imogiri sebagai tempat wisata religi di Bantul, sudah seharusnya mendapatkan perhatian khusus dari pihak Pemda Bantul serta dari pihak Keraton Yogya maupun Solo. (Dannyts)
Comment